
Saham TBLA Diburu, Begini Kinerja Fundamentalnya
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
03 September 2018 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan B20 tampaknya benar-benar jadi katalis yang mengangkat harga saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Bahkan sejumlah perusahaan efek membuat riset khusus untuk saham ini, salah satunya Panin Sekuritas.
Dalam riset yang dipublikasikan hari ini, riset Panin Sekuritas menyebutkan katalis positif dari program biodiesel (B20) menjadi pemicu pergerakan dan kenaikan harga saham TBLA. Pada semester I, biodiesel berkontribusi sebesar 9% dari total penjualan perseroan dari satu pabrik biodiesel di Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 315.000 ton/tahun.
Pada 2017, volume penjualan biodiesel perseroan naik sebesar 50% secara tahunan dari 61.145 ton pada 2016 ke 96,791 ton. Panin Sekuritas memperkirakan ada peningkatan penjualan biodiesel perseroan, seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non public service obligation (PSO).
"Perluasan program B20, utilisasi rate pabrik biodiesel perseroan dapat mencapai full kapasitas dari 40% saat ini. Selain itu, marjin dari biodiesel dapat meningkat lebih dari 20% dari sebelumnya lebih 18% saat ini, didukung oleh efisiensi," tulis riset Panin Sekuritas tersebut.
TBLA akan memperoleh tambahan produksi biodiesel sebesar 32.314 kiloliter (KL), seiring dengan penetapan alokasi volume pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel untuk sektor non-PSO periode Sep-Des 2018 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebesar 940.407 KL Sedangkan untuk sektor PSO, alokasi volume pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel periode Mei-Des 2018 adalah sebesar 1.950.205 KL, di mana TBLA mendapatkan alokasi produksi sebesar 64.206 KL.
Outlook kinerja perseroan dinilai akan positif, tapi komposisi hutang cukup tinggi. "Kami nilai positif untuk TBLA ke depan, didorong oleh, peningkatan produksi CPO dengan akan dioperasikan pabrik kelapa sawit (PKS) baru dengan kapasitas 45 ton/jam di Kalimantan Barat pada kuartal IV-2018," kata Analis Panin Sekuritas Cheria Widjaja.
Selain itu ada ekspektasi akan terjadi peningkatan volume penjualan gula dan peningkatan penjualan biodiesel seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non-PSO.
Komposisi utang perseroan cukup tinggi, dimana net gearing TBLA pada semester I-2018 sebesar 1,68 kali naik dari 1,41 kali pada periode yang sama 2017. "Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata net gearing dalam coverage kami di level 0,37 kali di semester I-2018. Saat ini, TBLA diperdagangkan pada price to earning (PE) sebesar 5,84 kali pada 2019," kata Cheria.
Pada kuartal II-201 pendapatan TBLA mencapai Rp 1,86 triliun turun 7,3% secara tahunan dan 13% secara kuartalan. Sementara itu, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp 147 miliar turun 37,3% secara tahunan dan -27,2% secara kuartalan.
Secara total pada semester I-2018 pendapatan perseroan mencapai Rp 4,0 triliun turun 5,7% secara tahunan. Namun laba bersih di semester I-2018 tercatat sebesar Rp 350 miliar turun 30,3% secara tahunan, di bawah estimasi dengan konsensus 34,8% dan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 74,0%.
Peneyebab penurunan pendapatan semester I-2018 yaitu:
Volume penjualan gula diharapkan membaik di semester II-2018. Di semester I-2018, 72% dari total penjualan perseroan berasal dari bisnis sawit dan turunannya (semester I-2017: 66%), sedangkan 28% berasal dari bisnis gula dan turunannya (semester I-2017: 34%). Ke depannya, manajemen memperkirakan peningkatan volume penjualan gula, sehingga di FY'2018, kontribusi dari bisnis gula dan turunannya akan meningkat ke 65% dari total penjualan perseroan, sedangkan kontribusi dari bisnis sawit dan turunannya akan berada di level 35%.
(hps/wed) Next Article Kebijakan B20 Diterapkan, TBLA Genjot Produksi Biodiesel
Dalam riset yang dipublikasikan hari ini, riset Panin Sekuritas menyebutkan katalis positif dari program biodiesel (B20) menjadi pemicu pergerakan dan kenaikan harga saham TBLA. Pada semester I, biodiesel berkontribusi sebesar 9% dari total penjualan perseroan dari satu pabrik biodiesel di Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 315.000 ton/tahun.
Pada 2017, volume penjualan biodiesel perseroan naik sebesar 50% secara tahunan dari 61.145 ton pada 2016 ke 96,791 ton. Panin Sekuritas memperkirakan ada peningkatan penjualan biodiesel perseroan, seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non public service obligation (PSO).
TBLA akan memperoleh tambahan produksi biodiesel sebesar 32.314 kiloliter (KL), seiring dengan penetapan alokasi volume pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel untuk sektor non-PSO periode Sep-Des 2018 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebesar 940.407 KL Sedangkan untuk sektor PSO, alokasi volume pengadaan bahan bakar nabati jenis biodiesel periode Mei-Des 2018 adalah sebesar 1.950.205 KL, di mana TBLA mendapatkan alokasi produksi sebesar 64.206 KL.
Outlook kinerja perseroan dinilai akan positif, tapi komposisi hutang cukup tinggi. "Kami nilai positif untuk TBLA ke depan, didorong oleh, peningkatan produksi CPO dengan akan dioperasikan pabrik kelapa sawit (PKS) baru dengan kapasitas 45 ton/jam di Kalimantan Barat pada kuartal IV-2018," kata Analis Panin Sekuritas Cheria Widjaja.
Selain itu ada ekspektasi akan terjadi peningkatan volume penjualan gula dan peningkatan penjualan biodiesel seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non-PSO.
Komposisi utang perseroan cukup tinggi, dimana net gearing TBLA pada semester I-2018 sebesar 1,68 kali naik dari 1,41 kali pada periode yang sama 2017. "Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata net gearing dalam coverage kami di level 0,37 kali di semester I-2018. Saat ini, TBLA diperdagangkan pada price to earning (PE) sebesar 5,84 kali pada 2019," kata Cheria.
Pada kuartal II-201 pendapatan TBLA mencapai Rp 1,86 triliun turun 7,3% secara tahunan dan 13% secara kuartalan. Sementara itu, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp 147 miliar turun 37,3% secara tahunan dan -27,2% secara kuartalan.
Secara total pada semester I-2018 pendapatan perseroan mencapai Rp 4,0 triliun turun 5,7% secara tahunan. Namun laba bersih di semester I-2018 tercatat sebesar Rp 350 miliar turun 30,3% secara tahunan, di bawah estimasi dengan konsensus 34,8% dan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 74,0%.
Peneyebab penurunan pendapatan semester I-2018 yaitu:
- Penurunan harga jual rata-rata produk sawit sebesar 2% dan produk gula sebesar 8%,
- Penurunan volume penjualan gula sebesar 16%. Selain itu, laba bersih turun 30% akibat adanya rugi selisih kurs yang belum direalisasi sebesar Rp 60 miliar dan kenaikan beban bunga sebesar Rp 139 miliar yang dikarenakan adanya porsi beban bunga yang sudah tidak dapat dikapitalisasi.
- Peningkatan produksi CPO dengan akan dioperasikannya PKS baru dengan kapasitas 45ton/jam di Kalimantan Barat pada 4Q18,
- Peningkatan volume penjualan gula,
- Peningkatan penjualan biodiesel seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas penggunaan biodiesel (B20) ke sektor non-PSO.
- Penurunan harga jual rata-rata produk sawit sebesar 2% dan produk gula sebesar 8%,
- Penurunan volume penjualan gula sebesar 16% akibat keterlambatan kuota import raw sugar di semester I-2018. Sementara itu, volume penjualan minyak goreng dan stearine perseroan mengalami peningkatan sebesar 31% dan 228%.
Volume penjualan gula diharapkan membaik di semester II-2018. Di semester I-2018, 72% dari total penjualan perseroan berasal dari bisnis sawit dan turunannya (semester I-2017: 66%), sedangkan 28% berasal dari bisnis gula dan turunannya (semester I-2017: 34%). Ke depannya, manajemen memperkirakan peningkatan volume penjualan gula, sehingga di FY'2018, kontribusi dari bisnis gula dan turunannya akan meningkat ke 65% dari total penjualan perseroan, sedangkan kontribusi dari bisnis sawit dan turunannya akan berada di level 35%.
(hps/wed) Next Article Kebijakan B20 Diterapkan, TBLA Genjot Produksi Biodiesel
Most Popular