
Rupiah Melemah, BNI Akui Pendapatan Forex Justru Naik
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
03 September 2018 10:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah dan puncaknya mencapai Rp 14.700/dolar AS pada Jumat 31 Agustus 2018. Namun pelemahan ini nampaknya memberikan pengaruh positif bagi perbankan.
Direktur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rico Rizal Budidarmo menjelaskan, dampak positif dari nilai tukar rupiah adalah menambah pendapatan BNI dari transaksi foreign exchange (forex). Hal juga didukung oleh kebijakan BI.
"Berdampak pada pendapatan BNI dari transaksi FX yang sampai Juli 2018 naik signifikan," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Senin (3/9/2018).
Sementara itu, Chief Economist PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah bisa menguntungkan bank. Pasalnya, korporasi meningkatkan transaksi derivatifnya untuk kegiatan ekspor dan impor.
"Impor yang melonjak membuat importir meningkatkan hedging-nya ke bank," ucap dia.
Hedging merupakan transaksi lindung nilai di mana importir berusaha untuk memastikan nilai tukar rupiah ketika mata uang garuda ini mengalami depresiasi atau pelemahan dan kepastian pasokan valuta asing (valas).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total pendapatan operasional selain bunga pada Juni 2018 mencapai Rp 136,42 triliun, meningkat dibandingkan Juni 2017 yang mencapai Rp 120,51 triliun.
Adapun kontributor utama dari pendapatan operasional tersebut adalah peningkatan pendapatan dari transaksi spot dan derivatif. Per Juni 2018, transaksi spot dan derivatif mencapai Rp 67,76 triliun atau meningkat 15,36% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp 58,74 triliun.
(roy) Next Article Rupiah Melemah, Bank Meraup Untung Dari Forex & Hedging
Direktur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rico Rizal Budidarmo menjelaskan, dampak positif dari nilai tukar rupiah adalah menambah pendapatan BNI dari transaksi foreign exchange (forex). Hal juga didukung oleh kebijakan BI.
"Impor yang melonjak membuat importir meningkatkan hedging-nya ke bank," ucap dia.
Hedging merupakan transaksi lindung nilai di mana importir berusaha untuk memastikan nilai tukar rupiah ketika mata uang garuda ini mengalami depresiasi atau pelemahan dan kepastian pasokan valuta asing (valas).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total pendapatan operasional selain bunga pada Juni 2018 mencapai Rp 136,42 triliun, meningkat dibandingkan Juni 2017 yang mencapai Rp 120,51 triliun.
Adapun kontributor utama dari pendapatan operasional tersebut adalah peningkatan pendapatan dari transaksi spot dan derivatif. Per Juni 2018, transaksi spot dan derivatif mencapai Rp 67,76 triliun atau meningkat 15,36% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp 58,74 triliun.
(roy) Next Article Rupiah Melemah, Bank Meraup Untung Dari Forex & Hedging
Most Popular