
Asumsi Makro Meleset, APBN Kembali Gali Lubang Tutup Lubang
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 August 2018 07:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Asumsi makro yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 per Juli 2018 makin tak realistis. Bahkan, pemerintah pun kembali gali lubang tutup lubang.
Dalam konferensi pers APBN KiTa yang digelar di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak hari Selasa (14/8/2018), tercatat hanya laju inflasi dan tingkat surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan yang masih dalam koridornya.
Sementara itu, realisasi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, ICP, lifting minyak, dan lifting gas meleset dari asumsi yang ditetapkan. Berikut datanya.
Pemerintah pun memutuskan untuk tidak mengajukan APBN Perubahan kepada parlemen meskipun sejumlah asumsi makro telah meleset dari target, lantaran optimistis pelaksanaan APBN tahun ini masih cukup baik.
Apalagi, kondisi kas keuangan negara secara keseluruhan masih mencatatkan kinerja yang positif bila melihat dari komponen pendapatan, belanja negara, maupun defisit yang terjaga.
"APBN Juli makin sehat dan tren yang sangat positif. Realisasi defisit lebih menunjukkan bagaimana kita berjuang mengurangi defisit," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Namun, upaya pemerintah untuk menjaga posisi keseimbangan primer tetap surplus harus kandas. Sebab, posisi keseimbangan primer kembali mengalami defisit di bulan Juli.
Keseimbangan primer adalah selisih antara penerimaan dikurangi belanja yang tidak termasuk pembayaran utang. Jika mengalami defisit, maka pemerintah harus berutang untuk membayar utang jatuh tempo.
"Posisi keseimbangan primer defisit Rp 4,9 triliun. Ini adalah bulan pertama kita alami defisit. Tetapi angka ini jauh lebih kecil dari tahun lalu yang mencapai Rp 79,1 triliun," jelasnya.
Meskipun keseimbangan primer kembali mencatatkan defisit, namun defisit anggaran masih tetap terjaga. Posisi utang pemerintah, juga masih relatif aman meski secara nominal kembali naik.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, utang pemerintah per Juli 2018 mencapai Rp 4.253 triliun. Utang ini, setara dengan 29,74% dari produk domestik bruto (PDB).
(prm) Next Article APBN 2018 Tak Lagi Realistis, Utang pun Bertambah
Dalam konferensi pers APBN KiTa yang digelar di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak hari Selasa (14/8/2018), tercatat hanya laju inflasi dan tingkat surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan yang masih dalam koridornya.
Sementara itu, realisasi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, ICP, lifting minyak, dan lifting gas meleset dari asumsi yang ditetapkan. Berikut datanya.
- Pertumbuhan Ekonomi: 5,4% vs realisasi 5,17%
- Inflasi: 3,5% vs realisasi 3,2%
- Tingkat bunga SPN 3 Bulan: 5,2% vs realisasi 4,6%
- Nilai tukar: Rp 13.400/US$ vs realisasi 13.855/US$
- ICP: US$48 per barel vs realisasi US$67 per barel
- Lifting Minyak: 800.000 barel per hari vs realisasi 771.000 barel per hari
- Lifting Gas: 1,2 juta barel vs realisasi 1,15 juta barel
Pemerintah pun memutuskan untuk tidak mengajukan APBN Perubahan kepada parlemen meskipun sejumlah asumsi makro telah meleset dari target, lantaran optimistis pelaksanaan APBN tahun ini masih cukup baik.
Apalagi, kondisi kas keuangan negara secara keseluruhan masih mencatatkan kinerja yang positif bila melihat dari komponen pendapatan, belanja negara, maupun defisit yang terjaga.
"APBN Juli makin sehat dan tren yang sangat positif. Realisasi defisit lebih menunjukkan bagaimana kita berjuang mengurangi defisit," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Namun, upaya pemerintah untuk menjaga posisi keseimbangan primer tetap surplus harus kandas. Sebab, posisi keseimbangan primer kembali mengalami defisit di bulan Juli.
Keseimbangan primer adalah selisih antara penerimaan dikurangi belanja yang tidak termasuk pembayaran utang. Jika mengalami defisit, maka pemerintah harus berutang untuk membayar utang jatuh tempo.
"Posisi keseimbangan primer defisit Rp 4,9 triliun. Ini adalah bulan pertama kita alami defisit. Tetapi angka ini jauh lebih kecil dari tahun lalu yang mencapai Rp 79,1 triliun," jelasnya.
Meskipun keseimbangan primer kembali mencatatkan defisit, namun defisit anggaran masih tetap terjaga. Posisi utang pemerintah, juga masih relatif aman meski secara nominal kembali naik.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, utang pemerintah per Juli 2018 mencapai Rp 4.253 triliun. Utang ini, setara dengan 29,74% dari produk domestik bruto (PDB).
(prm) Next Article APBN 2018 Tak Lagi Realistis, Utang pun Bertambah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular