
Harga Minyak Naik, Subsidi BBM Bengkak 70% per Juli 2018
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
14 August 2018 20:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Keuangan merilis realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 per akhir Juli. Belanja non-Kementerian/Lembaga (K/L) hingga 31 Juli 2018 mencapai Rp321,1 triliun, atau meningkat hingga 16,4% secara tahunan (year-on-year/YoY). Realisasi itu juga sudah mencapai 52,9% dari target APBN 2018 yang sebesar Rp607,1 triliun.
Peningkatan itu disumbangkan oleh komponen pembayaran bunga utang dan subsidi yang melonjak masing-masing sebesar 11,9% YoY dan 34,5% YoY. Peningkatan yang cukup signifikan dari pos subsidi disumbangkan oleh melambungnya subsidi energi lebih dari 60% menjadi Rp71 triliun.
Dua komponen pembentuk subsidi energi, yakni subsidi BBM dan Elpiji serta subsidi listrik sama-sama mencatatkan pertumbuhan positif. Subsidi listrik mencatat kenaikan 49,6% YoY per akhir Juli 2018. Padahal, pada tahun lalu subsidi listrik turun 34% YoY menyusul pencabutan subsidi listrik golongan 900 VA yang masuk dalam kategori mampu di awal 2017.
Kenaikan lebih besar dibukukan oleh subsidi BBM dan Elpiji yang melambung sebesar 71,1% YoY menjadi Rp40,7 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, subsidi di pos ini hanya naik sebesar 4,9% YoY. Bahkan, pada tahun 2016 (hingga 29 Juli), subsidi BBM dan Elpiji turun sebesar 46,7% YoY.
Sejak awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo sebenarnya sudah berikhtiar memangkas anggaran subsidi energi, demi alokasi yang lebih banyak untuk pos belanja lainnya (terutama untuk pembangunan infrastruktur). Hal itu bisa dilakukan karena harga minyak dunia memang sedang anjlok.
Namun, kini mimpi Jokowi menemui tembok besar yang menghadang. Harga minyak global kembali melesat. Sebagai informasi, rata-rata harga minyak jenis Brent berada di kisaran US$45,17/barel di tahun 2016. Sedangkan, rata-rata harganya di tahun 2017 tercatat sebesar US$54,78/barel. Terjadi peningkatan sebesar 21,27% YoY.
Di sepanjang tahun berjalan ini, harga minyak Brent juga masih tercatat menanjak 8,58% hingga perdagangan kemarin. Realisasi Indonesia Crude Price (ICP) hingga semester I-2018 pun mencapai US$67/barel, jauh mengungguli target APBN sebesar US$48/barel.
Alhasil, mau tidak mau pemerintah pun menambah alokasi subsidinya untuk meringankan beban Pertamina yang sudah terlalu besar. Pertengahan tahun ini, pemerintah menambah alokasi subsidi solar menjadi Rp2.000/liter dari sebelumnya Rp500/liter. Hal ini yang memicu pembengkakan subsidi BBM dan Elpiji hingga Juli 2018 ini.
(RHG/gus) Next Article Tahun Politik, Subsidi Solar Naik Jadi Rp 2.500/Liter
Peningkatan itu disumbangkan oleh komponen pembayaran bunga utang dan subsidi yang melonjak masing-masing sebesar 11,9% YoY dan 34,5% YoY. Peningkatan yang cukup signifikan dari pos subsidi disumbangkan oleh melambungnya subsidi energi lebih dari 60% menjadi Rp71 triliun.
Dua komponen pembentuk subsidi energi, yakni subsidi BBM dan Elpiji serta subsidi listrik sama-sama mencatatkan pertumbuhan positif. Subsidi listrik mencatat kenaikan 49,6% YoY per akhir Juli 2018. Padahal, pada tahun lalu subsidi listrik turun 34% YoY menyusul pencabutan subsidi listrik golongan 900 VA yang masuk dalam kategori mampu di awal 2017.
Sejak awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo sebenarnya sudah berikhtiar memangkas anggaran subsidi energi, demi alokasi yang lebih banyak untuk pos belanja lainnya (terutama untuk pembangunan infrastruktur). Hal itu bisa dilakukan karena harga minyak dunia memang sedang anjlok.
Namun, kini mimpi Jokowi menemui tembok besar yang menghadang. Harga minyak global kembali melesat. Sebagai informasi, rata-rata harga minyak jenis Brent berada di kisaran US$45,17/barel di tahun 2016. Sedangkan, rata-rata harganya di tahun 2017 tercatat sebesar US$54,78/barel. Terjadi peningkatan sebesar 21,27% YoY.
Di sepanjang tahun berjalan ini, harga minyak Brent juga masih tercatat menanjak 8,58% hingga perdagangan kemarin. Realisasi Indonesia Crude Price (ICP) hingga semester I-2018 pun mencapai US$67/barel, jauh mengungguli target APBN sebesar US$48/barel.
Alhasil, mau tidak mau pemerintah pun menambah alokasi subsidinya untuk meringankan beban Pertamina yang sudah terlalu besar. Pertengahan tahun ini, pemerintah menambah alokasi subsidi solar menjadi Rp2.000/liter dari sebelumnya Rp500/liter. Hal ini yang memicu pembengkakan subsidi BBM dan Elpiji hingga Juli 2018 ini.
(RHG/gus) Next Article Tahun Politik, Subsidi Solar Naik Jadi Rp 2.500/Liter
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular