
Internasional
Gara-gara Pulau Boracay Ditutup, Ekonomi Filipina Melambat
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
09 August 2018 14:30

Manila, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Filipina melambat dengan tajam pada kuartal kedua tahun ini akibat beberapa kebijakan yang diambil pemerintahnya, termasuk keputusan menutup pulau tujuan wisata, Boracay, kata pejabat pemerintahan hari Kamis (9/8/2018).
Pertumbuhan 6% yang dicatatkan untuk periode April hingga Juni tersebut adalah yang terendah sejak tiga tahun terakhir sekaligus mengakhiri tren pertumbuhan ekonomi di atas 6,5% yang terjadi 10 kuartal belakangan, AFP melaporkan. Ekonom sebelumnya memperkirakan ekonomi negara kepulauan itu akan tumbuh sekitar 6,6%.
"Perlambatan ini sebagian diakibatkan oleh kebijakan yang diambil dengan harapan dapat mendukung pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan tangguh," kata Sekretaris Perencanaan Ekonomi Ernesto Pernia.
"Kami merujuk pada penutupan sementara Boracay," tambahnya.
Pulau liburan itu ditutup pada April lalu selama enam bulan untuk dibersihkan atas perintah Presiden Rodrigo Duterte. Duterte menyebut resor itu septic tank akibat banyaknya sampah-sampah terkait industri pariwisata yang dibuang ke laut di sekitar pulau.
Pernia mengatakan penutupan Boracay memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui perlambatan pertumbuhan ekspor jasa.
Pemerintah Filipina mengklaim Boracay menarik setidaknya dua juta turis tiap tahun dan memompa sekitar US$1 miliar (Rp 14,4 triliun) ke dalam perekonomian.
Meskipun membukukan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan, Filipina tetap menjadi salah satu perekonomian berkinerja terbaik di Asia setelah Vietnam dan China yang ekonominya tumbuh masing-masing 6,8% dan 6,7% di kuartal kedua.
Hasil ini juga keluar saat Filipina mengalami kenaikan inflasi yang tajam hingga 5,7% di bulan Juli, tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya dalam rapat hari ini.
(prm) Next Article Ada 400 Alfamart di Manila, Direksi: Itu 12 Tahun Lalu di RI
Pertumbuhan 6% yang dicatatkan untuk periode April hingga Juni tersebut adalah yang terendah sejak tiga tahun terakhir sekaligus mengakhiri tren pertumbuhan ekonomi di atas 6,5% yang terjadi 10 kuartal belakangan, AFP melaporkan. Ekonom sebelumnya memperkirakan ekonomi negara kepulauan itu akan tumbuh sekitar 6,6%.
"Perlambatan ini sebagian diakibatkan oleh kebijakan yang diambil dengan harapan dapat mendukung pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan tangguh," kata Sekretaris Perencanaan Ekonomi Ernesto Pernia.
Pulau liburan itu ditutup pada April lalu selama enam bulan untuk dibersihkan atas perintah Presiden Rodrigo Duterte. Duterte menyebut resor itu septic tank akibat banyaknya sampah-sampah terkait industri pariwisata yang dibuang ke laut di sekitar pulau.
Pernia mengatakan penutupan Boracay memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui perlambatan pertumbuhan ekspor jasa.
Pemerintah Filipina mengklaim Boracay menarik setidaknya dua juta turis tiap tahun dan memompa sekitar US$1 miliar (Rp 14,4 triliun) ke dalam perekonomian.
Meskipun membukukan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan, Filipina tetap menjadi salah satu perekonomian berkinerja terbaik di Asia setelah Vietnam dan China yang ekonominya tumbuh masing-masing 6,8% dan 6,7% di kuartal kedua.
Hasil ini juga keluar saat Filipina mengalami kenaikan inflasi yang tajam hingga 5,7% di bulan Juli, tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya dalam rapat hari ini.
(prm) Next Article Ada 400 Alfamart di Manila, Direksi: Itu 12 Tahun Lalu di RI
Most Popular