
Internasional
Analis Ini Ramal Harga Minyak Sentuh US$90/Barel Akhir 2018
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
06 August 2018 19:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dapat membuat harga minyak naik di atas US$90 per barel atau setara Rp 1,3 juta karena adanya kekurangan pasokan. Hal ini diungkapkan Amrita Sen, chief oil analyst at Energy Aspects, Senin (6/8/2018).
"Saat kita menuju (kuartal keempat) ... saat itulah kita benar-benar melihat risiko, harga kembali ke tahun 80-an dan bahkan berpotensi ke tahun 90-an tetapi yang sangat penting adalah berapa banyak produksi Iran yang akan hilang." kata Amrita Sen, CNBC International melaporkan.
"Banyak orang yang berpikir bahwa China bisa langsung membeli seluruh minyak Iran tetapi mereka datang dan berkata: 'Ya, kami mungkin tidak akan mengurangi tetapi kami juga tidak ingin meningkatkan asupan.' Jadi, Anda bisa melihat krisis signifikan dalam hal persediaan yang hilang ke pasar dan kemudian sudah jelas akan adanya harga yang lebih tinggi," tambahnya.
Para investor memandang kebijakan AS sebagai tren peningkatan (bullish) termasuk potensi disrupsi pasokan karena peningkatan produksi OPEC oleh mitra dagang dan sekutunya.
Bersama dengan Rusia, anggota OPEC dari Timur Tengah telah setuju menaikkan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari mulai bulan Agustus ini.
Keputusan ini dianggap akan mampu menstabilkan harga. Harga minyak sempat anjlok 7% setelah menyentuh US$80 per barel pada bulan Mei lalu.
Sanksi Minyak Mentah
Pada Senin, harga minyak Brent naik 0,33% menjadi US$73,47 per barel. Harga minyak di bursa berjangka West Texas naik 0,4% menjadi US$68,77 per barel.
Pada awal musim panas ini terjadi lonjakan harga minyak, sebagain besar disebabkan keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik AS keluar dari perjanjian internasional tentang program nuklir Iran.
Keputusan ini diprediksi akan sangat menghambat produsen minyak terbesar kelima di dunia, dengan pengenaan kembali sanksi minyak mentah AS pada 4 November yang ditetapkan untuk mengikuti sanksi ekonomi yang akan berlaku mulai Selasa.
Terakhir kali Iran terkena sanksi, separuh ekspor minyak dari 2,4 juta barel per hari hilang dari pasar. Dan, sanksi ini akan mengurangi separuh jumlah ekspor minyak.
Morgan Stanley memprediksi produksi Iran akan jatuh ke 2,7 juta barel per hari di kuartal keempat, dengan lebih dari 1 juta barel pengurangan pasokan pasar.
Analis Bank of American Merrill Lynch mengatakan dalam risetnya pada Juli lalu "setiap [produksi minyak] 1 juta barel yang tidak stabil, kita melihat harga minyak Brent di kisaran US$17."
(roy) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
"Saat kita menuju (kuartal keempat) ... saat itulah kita benar-benar melihat risiko, harga kembali ke tahun 80-an dan bahkan berpotensi ke tahun 90-an tetapi yang sangat penting adalah berapa banyak produksi Iran yang akan hilang." kata Amrita Sen, CNBC International melaporkan.
Bersama dengan Rusia, anggota OPEC dari Timur Tengah telah setuju menaikkan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari mulai bulan Agustus ini.
Keputusan ini dianggap akan mampu menstabilkan harga. Harga minyak sempat anjlok 7% setelah menyentuh US$80 per barel pada bulan Mei lalu.
Sanksi Minyak Mentah
Pada Senin, harga minyak Brent naik 0,33% menjadi US$73,47 per barel. Harga minyak di bursa berjangka West Texas naik 0,4% menjadi US$68,77 per barel.
Pada awal musim panas ini terjadi lonjakan harga minyak, sebagain besar disebabkan keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik AS keluar dari perjanjian internasional tentang program nuklir Iran.
Keputusan ini diprediksi akan sangat menghambat produsen minyak terbesar kelima di dunia, dengan pengenaan kembali sanksi minyak mentah AS pada 4 November yang ditetapkan untuk mengikuti sanksi ekonomi yang akan berlaku mulai Selasa.
Terakhir kali Iran terkena sanksi, separuh ekspor minyak dari 2,4 juta barel per hari hilang dari pasar. Dan, sanksi ini akan mengurangi separuh jumlah ekspor minyak.
Morgan Stanley memprediksi produksi Iran akan jatuh ke 2,7 juta barel per hari di kuartal keempat, dengan lebih dari 1 juta barel pengurangan pasokan pasar.
Analis Bank of American Merrill Lynch mengatakan dalam risetnya pada Juli lalu "setiap [produksi minyak] 1 juta barel yang tidak stabil, kita melihat harga minyak Brent di kisaran US$17."
(roy) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular