Jokowi Butuh 4 Tahun Capai Pertumbuhan Ekonomi Tertingginya
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 August 2018 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2018 mencapai 5,27%. Capaian ini, merupakan yang tertinggi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Untuk mencapai angka tersebut, pemerintahan Kabinet Kerja setidaknya membutuhkan waktu nyaris 4 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh di kisaran 5%
Berakhirnya booming komoditas pada 2011, menjadi awal mimpi buruk bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa mencapai 7%, perlahan-lahan menurun hingga 2015.
Pada kuartal I-2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,83% dan turun pada kuartal II-2015 menjadi 4,74%. Namun, pada kuartal III dan IV, laju pertumbuhan merangkak meskipun tidak signifikkan.
Pada kuartal III-2015, ekonomi Indonesia mencapai 4,78%, dan di akhir pemerintahan 5,15%. Secara keseluruhan, maka realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun pada 2015 hanya mencapai 4,88%.
Bagaimana dengan 2016? Pada kuartal I-2016, pemerintah menghadapi dihadapkan pada realisasi pertumbuhan ekonomi yang kurang begitu memuaskan karena hanya tumbuh 4,94%.
Laju perekonomian yang cukup terbatas pada 2016, tak lepas dari Indonesia yang masih berusaha memulihkan kondisi perekonomian, pasca berakhirnya booming komoditas.
Meskipun pada kuartal II-2018 naik hingga 5,21%, namun secara signifikan pada kuartal III dan IV anjlok menjadi 5,03% dan 4,94%. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,03%.
Tahun selanjutnya, harga komoditas mulai membaik, namun lagi-lagi akselerasi perekonomian tak sesuai harapan. Pada kuartal I-2017 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,01%.
Akselerasi belanja negara yang diharapkan mampu menjadi stimulus pada kuartal II-2017 pun tak begitu berdampak. Perekonomian Indonesia periode April - Juni 2017 tetap tumbuh 5,01%.
Meski demikian, pada dua kuartal setelahnya terjadi perbaikan meskipun lagi-lagi tidak terlalu signifikkan. Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV 2018 masing-masing tumbuh 5,01% dan 5,06%.
Sehingga secara keseluruhan perekonomian Indonesia sepanjang 2017 mencapai 5,07%, atau jauh lebih baik sejak capaian pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Joko Widodo.
Namun pada tahun ini, gairah perekonomian nasional kembali terlihat. Meski sempat muncul pesimisme dari realisasi pertumbuhan kuartal I-2018 sebesar 5,06%, optimisme kembali muncul pada data PDB kuartal II.
Ekonomi Indonesia pada tiga bulan kedua tahun ini berhasil tumbuh 5,27% atau yang terbaik sejak awal awal pemerintahan Joko Widodo berjalan secara efektif pada 2015.
Dari sisi produksi, sektor pertanian yang saat ini masih menjadi penyumbang terbesar kedua struktur dalam PDB Indonesia mampu tumbuh 4,76%, atau naik cukup signifikkan dari periode sama tahun lalu 3,23%.
Sementara dari kelompok pengeluaran, hampir seluruh sektor mengalami perbaikan. Konsumsi rumah tangga yang dalam 6 kuartal terakhir tumbuh di kisaran 5%, pada kuartal II-2018 mampu tumbuh 5,14%.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pun tumbuh 5,87%. Adapun untuk akselerasi belanja negara tumbuh 5,26%, lebih baik dari periode sama tahun lalu yang minus 1,92%.
Meskipun capaian ini terbilang cukup baik, namun harus diakui pekerjaan rumah bagi pemerintahan Kabinet Kerja lumayan berat. Pasalnya, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Misalnya, dari sisi konsumsi rumah tangga pada sisa dua kuartal selanjutnya, yang diperkirakan akan kembali melambat. Selain itu, aktivitas ekspor dan impor juga masih belum mampu berimbang.
Terlepas dari hal itu, bukan hal mudah bagi pemerintah mencapai target pertumbuhan yang dipatok sebesar 5,4%. Jika ingin mencapai target, maka setidaknya ekonomi Indonesia harus tumbuh 5,63% di dua kuartal sisa.
"5,4% itu susah. 5,2% - 5,3% saja itu sudah cukup bagus. Kalau mau dapat 5,4%, masing-masing [kuartal] harus tumbuh 5,63%. Optimis boleh, tapi harus lihat berbagai indikator," kata Kepala BPS Suhariyanto.
(dru/dru) Next Article Sebut Ekonomi Sedang Sulit, Ini Pesan Jokowi Bagi Para Bupati
Untuk mencapai angka tersebut, pemerintahan Kabinet Kerja setidaknya membutuhkan waktu nyaris 4 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh di kisaran 5%
Berakhirnya booming komoditas pada 2011, menjadi awal mimpi buruk bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa mencapai 7%, perlahan-lahan menurun hingga 2015.
Pada kuartal III-2015, ekonomi Indonesia mencapai 4,78%, dan di akhir pemerintahan 5,15%. Secara keseluruhan, maka realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun pada 2015 hanya mencapai 4,88%.
Bagaimana dengan 2016? Pada kuartal I-2016, pemerintah menghadapi dihadapkan pada realisasi pertumbuhan ekonomi yang kurang begitu memuaskan karena hanya tumbuh 4,94%.
Laju perekonomian yang cukup terbatas pada 2016, tak lepas dari Indonesia yang masih berusaha memulihkan kondisi perekonomian, pasca berakhirnya booming komoditas.
Meskipun pada kuartal II-2018 naik hingga 5,21%, namun secara signifikan pada kuartal III dan IV anjlok menjadi 5,03% dan 4,94%. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,03%.
Tahun selanjutnya, harga komoditas mulai membaik, namun lagi-lagi akselerasi perekonomian tak sesuai harapan. Pada kuartal I-2017 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,01%.
Akselerasi belanja negara yang diharapkan mampu menjadi stimulus pada kuartal II-2017 pun tak begitu berdampak. Perekonomian Indonesia periode April - Juni 2017 tetap tumbuh 5,01%.
Meski demikian, pada dua kuartal setelahnya terjadi perbaikan meskipun lagi-lagi tidak terlalu signifikkan. Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV 2018 masing-masing tumbuh 5,01% dan 5,06%.
Sehingga secara keseluruhan perekonomian Indonesia sepanjang 2017 mencapai 5,07%, atau jauh lebih baik sejak capaian pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Joko Widodo.
Namun pada tahun ini, gairah perekonomian nasional kembali terlihat. Meski sempat muncul pesimisme dari realisasi pertumbuhan kuartal I-2018 sebesar 5,06%, optimisme kembali muncul pada data PDB kuartal II.
Dari sisi produksi, sektor pertanian yang saat ini masih menjadi penyumbang terbesar kedua struktur dalam PDB Indonesia mampu tumbuh 4,76%, atau naik cukup signifikkan dari periode sama tahun lalu 3,23%.
Sementara dari kelompok pengeluaran, hampir seluruh sektor mengalami perbaikan. Konsumsi rumah tangga yang dalam 6 kuartal terakhir tumbuh di kisaran 5%, pada kuartal II-2018 mampu tumbuh 5,14%.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pun tumbuh 5,87%. Adapun untuk akselerasi belanja negara tumbuh 5,26%, lebih baik dari periode sama tahun lalu yang minus 1,92%.
Meskipun capaian ini terbilang cukup baik, namun harus diakui pekerjaan rumah bagi pemerintahan Kabinet Kerja lumayan berat. Pasalnya, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Misalnya, dari sisi konsumsi rumah tangga pada sisa dua kuartal selanjutnya, yang diperkirakan akan kembali melambat. Selain itu, aktivitas ekspor dan impor juga masih belum mampu berimbang.
Terlepas dari hal itu, bukan hal mudah bagi pemerintah mencapai target pertumbuhan yang dipatok sebesar 5,4%. Jika ingin mencapai target, maka setidaknya ekonomi Indonesia harus tumbuh 5,63% di dua kuartal sisa.
"5,4% itu susah. 5,2% - 5,3% saja itu sudah cukup bagus. Kalau mau dapat 5,4%, masing-masing [kuartal] harus tumbuh 5,63%. Optimis boleh, tapi harus lihat berbagai indikator," kata Kepala BPS Suhariyanto.
(dru/dru) Next Article Sebut Ekonomi Sedang Sulit, Ini Pesan Jokowi Bagi Para Bupati
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular