
Pasar Smartphone Lesu Tapi Apple Tetap Untung Besar
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
01 August 2018 11:41

Apple memiliki kartu kunci yang membuat kinerjanya tetap mengilat dibandingkan perusahaan teknologi lainnya. Berikut adalah rangkumannya sebagaimana dikutip dari CNBC International.
Layanan: Para investor memantau dengan ketat ketika Apple menaikkan pendapatan piranti lunak (software) dan layanan di semua kategori, termasuk App Store, Apple Care, Apple Pay, iTunes, dan layanan cloud. Pasalnya, segmen tersebut sudah menyalip pertumbuhan pendapatan iPhone selama beberapa kuartal.
Apple mencatatkan pendapatan layanan sebesar US$9,55 miliar di kuartal ketiga, melonjak 28% secara tahunan. Angka pendapatan itu melampaui estimasi Wall Street senilai US$9,21 miliar dan bertahan sebagai pendapatan kuartalan tertinggi di segmen itu sampai hari ini.
"Kami merasa sangat senang dengan momentum bisnis layanan kami, dan kami menargetkan untuk meraih sasaran melipatgandakan pendapatan layanan fiskal 2016 di tahun 2020," kata Cook.
Pendapatan layanan sebagian disebabkan oleh pemasukan satu kali senilai US$236 juta yang terkait dengan gugatan hukum, kata perusahaan. Segmen tersebut juga memperoleh dorongan dari kenaikan jumlah pelanggan berbayar melalui App Store sejumlah 50% dalam pendapatan cloud, serta tingkat penggunaan Apple Pay yang lebih tinggi.
"Apple Pay terus meluas dengan [jumlah] transaksi lebih dari 1 miliar kuartal lalu, naik tiga kali lipat dari setahun sebelumnya dengan pertumbuhan yang naik dari kuartal Maret," kata Cook.
"Untuk lebih jelas memahami pertumbuhan pesat itu, kuartal ini kami menyelesaikan lebih banyak total transaksi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Square dan transaksi ponsel yang lebih banyak dari PayPal."
Proyeksi kinerja ke depan: Apple memperkirakan pendapatan kuartal keempat berjumlah antara US$60 juta dan US$62 miliar, melampaui prediksi Wall Street sebesar US$59,47 miliar, menurut StreetAccount.
Laporan kuartalan perusahaan yang terbaru dibebani oleh spekulasi kejenuhan pasar ponsel pintar (smartphone) dan akhir dari "supercycle". Sehingga, ketika Apple meramal kinerja keuangannya di kuartal keempat, saat biasanya perusahaan meluncurkan model baru iPhone, proyeksi perusahaan bisa menunjukkan ambisi Apple terhadap bisnis ponselnya.
Apple biasanya meluncurkan model iPhone terbaru pada akhir kuartal atau di pertengahan September.
China: Apple sejauh ini menghindari kerugian dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Namun, dengan tarif yang kedua negara kenakan ke satu sama lain, pijakan Apple yang mengakar di China bisa mulai memudar.
Sebagian besar rantai pasokan Apple berada di China, dan Negeri Tirai Bambu itu menyumbang sumber pendapatan terbesar kedua setelah AS ke perusahaan, menurut FactSet.
Perusahaan menghubungkan pendapatan kuartal ketiga sebesar US$9,55 miliar ke China atau naik 19% secara tahunan tetapi tersungkur 29% dari kuartal sebelumnya.
Cook mengatakan tidak ada satupun tarif yang memengaruhi produk Apple. Namun, perusahaan "mengevaluasi" usulan tarif terbaru ke produk China senilai US$200 miliar.
"Tentu saja risiko dihubungkan dengan isu yang lebih makroekonomi, misalnya pelemahan ekonomi di satu negara atau lebih, atau gejolak nilai tukar yang terkait dengan tarif sangat sulit untuk diukur. Maka dari itu kami bahkan tidak mencoba mengukurnya," kata Cook. (prm)
Layanan: Para investor memantau dengan ketat ketika Apple menaikkan pendapatan piranti lunak (software) dan layanan di semua kategori, termasuk App Store, Apple Care, Apple Pay, iTunes, dan layanan cloud. Pasalnya, segmen tersebut sudah menyalip pertumbuhan pendapatan iPhone selama beberapa kuartal.
Apple mencatatkan pendapatan layanan sebesar US$9,55 miliar di kuartal ketiga, melonjak 28% secara tahunan. Angka pendapatan itu melampaui estimasi Wall Street senilai US$9,21 miliar dan bertahan sebagai pendapatan kuartalan tertinggi di segmen itu sampai hari ini.
Pendapatan layanan sebagian disebabkan oleh pemasukan satu kali senilai US$236 juta yang terkait dengan gugatan hukum, kata perusahaan. Segmen tersebut juga memperoleh dorongan dari kenaikan jumlah pelanggan berbayar melalui App Store sejumlah 50% dalam pendapatan cloud, serta tingkat penggunaan Apple Pay yang lebih tinggi.
"Apple Pay terus meluas dengan [jumlah] transaksi lebih dari 1 miliar kuartal lalu, naik tiga kali lipat dari setahun sebelumnya dengan pertumbuhan yang naik dari kuartal Maret," kata Cook.
"Untuk lebih jelas memahami pertumbuhan pesat itu, kuartal ini kami menyelesaikan lebih banyak total transaksi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Square dan transaksi ponsel yang lebih banyak dari PayPal."
Proyeksi kinerja ke depan: Apple memperkirakan pendapatan kuartal keempat berjumlah antara US$60 juta dan US$62 miliar, melampaui prediksi Wall Street sebesar US$59,47 miliar, menurut StreetAccount.
Laporan kuartalan perusahaan yang terbaru dibebani oleh spekulasi kejenuhan pasar ponsel pintar (smartphone) dan akhir dari "supercycle". Sehingga, ketika Apple meramal kinerja keuangannya di kuartal keempat, saat biasanya perusahaan meluncurkan model baru iPhone, proyeksi perusahaan bisa menunjukkan ambisi Apple terhadap bisnis ponselnya.
Apple biasanya meluncurkan model iPhone terbaru pada akhir kuartal atau di pertengahan September.
China: Apple sejauh ini menghindari kerugian dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Namun, dengan tarif yang kedua negara kenakan ke satu sama lain, pijakan Apple yang mengakar di China bisa mulai memudar.
Sebagian besar rantai pasokan Apple berada di China, dan Negeri Tirai Bambu itu menyumbang sumber pendapatan terbesar kedua setelah AS ke perusahaan, menurut FactSet.
Perusahaan menghubungkan pendapatan kuartal ketiga sebesar US$9,55 miliar ke China atau naik 19% secara tahunan tetapi tersungkur 29% dari kuartal sebelumnya.
Cook mengatakan tidak ada satupun tarif yang memengaruhi produk Apple. Namun, perusahaan "mengevaluasi" usulan tarif terbaru ke produk China senilai US$200 miliar.
"Tentu saja risiko dihubungkan dengan isu yang lebih makroekonomi, misalnya pelemahan ekonomi di satu negara atau lebih, atau gejolak nilai tukar yang terkait dengan tarif sangat sulit untuk diukur. Maka dari itu kami bahkan tidak mencoba mengukurnya," kata Cook. (prm)
Pages
Most Popular