
PLN Susah Nyalakan Listrik di Papua, Ini Sebabnya
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
30 July 2018 08:18

Nabire, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) saat ini gencar melakukan berbagai upaya penyaluran listrik (elektrifikasi) dengan target penyaluran sebesar 99% hingga akhir 2019 mendatang. Namun, hingga saat ini berbagai tantangan dan kesulitan realisasi tersebut menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi PLN.
Tantangan terberat penyaluran listrik tersebut ialah akses dan medan yang sulit, terutama di Papua. Wilayah desa di Papua (distrik) yang belum teraliri listrik tidak bisa ditempuh langsung lewat jalur darat namun harus menggunakan moda transportasi udara yang dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Asistem Manajer PLN Area Manokwari Sugiri mengatakan perbedaan sosial masyarakat desa serta ancaman gangguan keamanan di beberapa wilayah pedalaman menjadi tantangan lainnya terlebih menjelang tahun politik pada 2018-2019 mendatang.
"Sekarang ini mungkin sedang panas mungkin karena tahun politik. Sehingga kalau kami melakukan survei, polisi dan TNI juga tidak bisa mengawal. Mereka sangat sensitif dengan konvoi, misalnya dari tentara tersebut," ujar Sugiri di Kantor PLN Rayon Nabire, Senin (30/7/18).
Untuk menuju ke lokasi tersebut biasanya pihak PLN juga harus melalui portal-portal jalan yang ditutup sejumlah warga dan bisa diakses apabila menyerahkan sejumlah uang agar perjalanan survei ke lokasi bisa dilanjutkan.
"Selama melakukan tugas, misalnya ke Paniai (Papua Barat), belum pernah tidak dipalak. Pasti ada pemalangan di jalanan biasanya hanya minta uang saja. Ke lokasi tersebut biasanya bisa lima kali pemalangan dikalikan paling Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu," tambah Sugiri.
Sementara itu, Manajer UPPK PLN Papua Barat Yohanis Soedarmono manambahkan setelah proses survei yang sulit, pemenuhan produk-produk kelistrikan mulai dari tiang hingga penyambungan kabel elektrifikasi menjadi tantangan berikutnya.
Biasanya, tiang-tiang listrik akan dipotong dan dibawa menggunakan transportasi udara untuk selanjutnya di sambung kembali saat tiba di lokasi. Proses tersebut menjadi salah satu tingginya biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk penyaluran listrik di Papua yang lebih tinggi tiga kali lipat dari wilayah lainnya di luar Papua.
"Nanti orang pabrik itu melakukan pemotongan tiang, habis itu nanti orang-orang pabrik datang lagi ke medan tersebut untuk menyambung," ungkap Yohanis.
(prm) Next Article Produksi Emas Freeport Turun, Ekonomi Papua Langsung Negatif
Tantangan terberat penyaluran listrik tersebut ialah akses dan medan yang sulit, terutama di Papua. Wilayah desa di Papua (distrik) yang belum teraliri listrik tidak bisa ditempuh langsung lewat jalur darat namun harus menggunakan moda transportasi udara yang dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Asistem Manajer PLN Area Manokwari Sugiri mengatakan perbedaan sosial masyarakat desa serta ancaman gangguan keamanan di beberapa wilayah pedalaman menjadi tantangan lainnya terlebih menjelang tahun politik pada 2018-2019 mendatang.
Untuk menuju ke lokasi tersebut biasanya pihak PLN juga harus melalui portal-portal jalan yang ditutup sejumlah warga dan bisa diakses apabila menyerahkan sejumlah uang agar perjalanan survei ke lokasi bisa dilanjutkan.
"Selama melakukan tugas, misalnya ke Paniai (Papua Barat), belum pernah tidak dipalak. Pasti ada pemalangan di jalanan biasanya hanya minta uang saja. Ke lokasi tersebut biasanya bisa lima kali pemalangan dikalikan paling Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu," tambah Sugiri.
Sementara itu, Manajer UPPK PLN Papua Barat Yohanis Soedarmono manambahkan setelah proses survei yang sulit, pemenuhan produk-produk kelistrikan mulai dari tiang hingga penyambungan kabel elektrifikasi menjadi tantangan berikutnya.
Biasanya, tiang-tiang listrik akan dipotong dan dibawa menggunakan transportasi udara untuk selanjutnya di sambung kembali saat tiba di lokasi. Proses tersebut menjadi salah satu tingginya biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk penyaluran listrik di Papua yang lebih tinggi tiga kali lipat dari wilayah lainnya di luar Papua.
"Nanti orang pabrik itu melakukan pemotongan tiang, habis itu nanti orang-orang pabrik datang lagi ke medan tersebut untuk menyambung," ungkap Yohanis.
(prm) Next Article Produksi Emas Freeport Turun, Ekonomi Papua Langsung Negatif
Most Popular