Simak Curhat Lengkap Sri Mulyani Soal 'Trump Musuh Bersama'

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 July 2018 16:50
Sri Mulyani kembali mengungkap fakta-fakta dari pertemuan antara negara-negara anggota dengan kekuatan perekonomian terbesar (G-20)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengungkap fakta-fakta dari pertemuan antara negara-negara anggota dengan kekuatan perekonomian terbesar (G-20) di Argentina, akhir pekan lalu.

Dalam pertemuan itu, semua negara sepakat retorika yang dikemukakan Presiden Donald Trump untuk mengembalikan kejayaan Amerika Serikat (AS) telah memporak-porandakan agenda penting setiap negara.

"Suasana yang terjadi akibat retorika dan langkah AS untuk memberikan tarif kepada beberapa negara dan beberapa komoditas telah mengubah," kata Sri Mulyani, Kamis (26/7/2018).

"Padahal, selama ini dunia bersepakat kalau ada persengketaan akan dilakukan pembahasan dalam konteks multilateral. Sehingga yang disebut adil dan tidak fair, dilihat dari definisi yang disepakati bersama."

Forum G-20, kata Sri Mulyani, yang pernah berembuk untuk menghindari krisis finansial dunia pada 2008, pada akhirnya tak menemukan kesepakatan apapun dalam pertemuan di Argentina.

Alasannya pun sederhana, yaitu setiap negara anggota memilih untuk fokus pada kebijakan masing-masing negara, agar terhindar dari langkah kebijakan yang diterapkan pemerintah AS.

"Dalam konteks G-20, yang diharapkan paling tidak kita sepakat sama-sama, mendekatkan, dan menyelesaikan, yang terjadi adalah retorika masing-masing negara," tegasnya.

"Maka forum G-20 yang harusnya menjadi tempat koordinasi, menjadi tidak tercapai atau paling tidak sangat lemah. Ini akan memengaruhi konfiden terhadap mekanisme kerja sama antar negara."

Intinya, lanjut, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu hampir semua negara tidak menunjukkan adanya komitmen untuk menyelesaikan persoalan ini bersama-sama, bahkan cenderung melindungi diri sendiri.

"Ini adalah retorika yang menunjukkan bahwa tidak ada keinginan mekanisme apabila ada perbedaan, harusnya membicarakannya seperti apa, bagaimana, dan di mana. Itu saja tidak ada," tegas Sri Mulyani.

"Maka yang terjadi adalah kunjungan bilateral. Sekarang Uni Eropa datang, Perdana Menteri Jepang datang. Semua sibuk traveling untuk diskusi seperti ini."

Lantas, di mana posisi Indonesia?

Pemerintah menegaskan, akan berupaya mengurangi dampak dari tekanan eksternal terhadap kondisi perekonomian domestik, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

"Indonesia memposisikan satu fondasi yaitu kita harus semakin kokoh, domestic growth harus dijaga apakah itu dari konsumsi dan belanja negara melalui APBN," katanya.







(dru/dru) Next Article Sri Mulyani: RI Ekonominya Bagus, Itu Bukan Saya yang Bilang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular