Sri Mulyani: Indonesia Harus Waspada!

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
02 July 2018 20:05
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui kondisi perekonomian global harus membuat Indonesia waspada
Foto: CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui kondisi perekonomian global harus membuat Indonesia waspada terhadap tingginya dinamika yang terjadi.

Hal yang paling menjadi sorotannya adalah penyesuaian terhadap pola pengambilan kebijakan di Amerika Serikat dalam kepemimpinan Presiden Donald Trump. Setidaknya, dinamika perekonomian global masih harus diwaspadai hingga kurang lebih sembilan bulan ke depan, tepatnya sampai ada keputusan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

Dia mencontohkan pula bagaimana Trump, Sang Presiden AS, hanya dalam panggilan telepon mengaku mendapat persetujuan Raja Salman dari Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak hingga 2 juta barel per hari. Hal tersebut memang disampaikan Trump melalui akun Twitter miliknya akhir pekan lalu.

"Perubahan ini, adjusment yang terjadi di AS masih akan berjalan terus dan reaksi dari negara-negara yang mendapatkan kebijakan terutama di bidang perdagangan juga sedang dimulai," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (2/7/2018).

"Artinya Indonesia perlu mewaspadai bahwa terjadi suatu dinamika yang sangat tinggi antara negara-negara barat dan Republik Rakyat Tiongkok, dan itu dampaknya menimbulkan spill over," tambahnya.

Dia meramalkan, normalisasi kebijakan perdagangan global masih akan terus berlanjut. Oleh karena itu, pemerintah akan melihatnya, dalam konteks menjaga perekonomian nasional, secara jangka panjang.

Sri Mulyani mengatakan akan terus bekerja sama dengan OJK, Bank Indonesia, dan LPS untuk melihat menyeluruh neraca saldo (balance sheet)hingga ke neraca rumah tangga.

"Kami akan lihat mana yang memiliki kemungkinan terkena expose dari pergeseran perekonomian global ini dan dampaknya seperti apa," ujar dia.

Dia mengibaratkan kondisi perekonomian global saat ini seperti bumi yang sedang mengalami pergeseran di lapisan paling dalam dan menciptakan gempa. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan bangunan yang kuat dalam menghadapi itu semua.

"Seperti menghadapi gempa bumi, kalau bangunan fondasi cukup fleksibel, barangkali meja bergeser, furniture jatuh, namun fondasi tetap baik. Ini kami coba lakukan, menciptakan satu fleksiblitas," tandasnya.



(dru) Next Article Sri Mulyani: RI Ekonominya Bagus, Itu Bukan Saya yang Bilang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular