Cukai Rokok Akan Naik, Begini Valuasi GGRM & HMSP

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
25 July 2018 11:50
Cukai Rokok Akan Naik, Begini Valuasi GGRM & HMSP
Foto: REUTERS/Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah baru-baru ini mengumumkan akan menaikkan tarif cukai rokok. Meskipun demikian, belum ada reaksi dari perusahaan rokok maupun terhadap sahamnya di pasar, terutama dua perusahaan yang sudah melantai di bursa.

Dua perusahaan besar tersebut yaitu PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Bagaimana kondisi fundamental kedua raksasa rokok tersebut saat ini?


Dalam risetnya pada 11 Juli, analis riset PT NH Korindo Joni Wintarja menilai kinerja kuartal I-2018 GGRM sangat baik dan mampu membukukan pertumbuhan penjualan 10,1% menjadi Rp 21,98 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan penjualan tersebut tidak mampu diikuti pesaing terdekatnya yaitu HMSP yang penjualannya hanya tumbuh 2,5%.

Suksesnya pertumbuhan kinerja GGRM tidak lepas dari segmen sigaret kretek mesin (SKM, rokok cengkeh produksi mesin) yang menjadi kontributor terbesar penjualan perusahaan yang mencapai Rp 19,76 triliun.

Meskipun angka penjualannya naik signifikan, laba bersih perusahaan hanya mampu naik tipis 0,1% menjadi Rp 1,89 triliun pada periode yang sama akibat kenaikan beban pokok penjualan (cost of goods sold/COGS). Pos akun tersebut naik karena naiknya penggunaan barang siap pakai (finished goods) sebesar 3,8% pada kuartal I-2018.

Joni memprediksi angka penjualan produsen rokok asal Kediri itu sepanjang tahun akan mampu dibukukan 9,3%.

Penyumbang kinerja utamanya tentu segmen SKM yang mampu membukukan penjualan 70 miliar batang dan kenaikan rerata harga jual (ASP) 7%. Angka itu di luar kenaikan tarif cukai yang akan ditetapkan pemerintah nanti.

NH Korindo menyematkan target harga (TP) Rp 88.650 yang mencerminkan rasio harga saham per laba (PE ratio) 2018 sebesar 19,7 kali. Saat ini, saham GGRM di pasar ditransaksikan di kisaran Rp 71.250 memiliki valuasi PE ratio 2018 sebesar 15,8 kali.

Untuk HMSP, Joni memiliki TP Rp 4.575 yang menerminkan valuasi PE ratio 2018 sebesar 41,2 kali. Saham emiten di pasar yang berada di kisaran Rp 3.800 mencerminkan valuasi PE ratio 34,7 kali.
Cukai Rokok Akan Naik, Begini Valuasi GGRM & HMSPFoto: CNBC Indonesia/Irvin Avriano
Sumber : Reuters
Di sisi lain, analis J.P.Morgan Securities Aditya Srinath dalam risetnya pada 30 Mei menyatakan valuasi saham GGRM saat ini murah, tetapi risiko arus kas perusahaan membuat Srinath khawatir.

Arus kas yang dimaksud tersebut terutama karena terkait dengan rencana pembangunan bandara pertama di kota asal GGRM yaitu Kediri.

Dana pembangunan, yang akan dialokasikan dari belanja modal (capex) tentunya akan mengancam dividen perusahaan, karena perusahaan berpotensi menginvestasikan dana sekitar Rp 5 triliun. Jika rencana berjalan, mayoritas dana investasi diprediksi akan mulai efektif disetorkan pada 2018.

Dalam kasus ini, Srinath memprediksi kebijakan dividen 20%-40% dari laba per saham (earnings per share/EPS) perusahaan akan terancam dana investasi bandara tadi.

Mereka menilai selama beberapa tahun terakhir, ekspansi GPM GGRM menjadi pendorong utama dari pertumbuhan laba. Karena itu, mereka menilai ekspansi margin tahun ini akan lebih terbatas sehingga berdampak pada terbatasnya pertumbuhan laba emiten tahun ini.

Srinath juga menilai kenaikan harga produk GGRM yang lambat akan berlanjut menekan pertumbuhan laba emiten.

Beberapa faktor penyebab lambatnya kenaikan harga jual perusahaan adalah tingkat konsumsi yang melemah, memanasnya kompetisi dari HMSP sebagai pemimpin pasar, dan rendahnya keinginan untuk menjaga pangsa pasarnya. JPMorgan juga memprediksi tren tersebut akan berlanjut pada 2018.

Patut dicatat bahwa laba bersih perusahaan rokok dua kali lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk, dibandingkan dengan pengaruh dari volume penjualan perseroan.

Karena faktor-faktor tersebut, JPMorgan juga lebih memilih HMSP dibanding GGRM. Terlebih, jika volume penjualan rokok se-Indonesia membaik, maka HMSP sebagai pemegang posisi pangsa pasar terbesar akan lebih diuntungkan.

Saat ini, Srinath berkaca pada data Philip Morris International menunjukkan adanya secercah harapan pada penjualan pada kuartal II-2018 yang tumbuh menjadi 75 miliar batang (+8,6% QoQ/-0,6% YoY) dari 69 miliar batang pada kuartal I-2018 (-15% QoQ/-2,4% YoY).

Harapan tersebut muncul karena secara semesteran, penjualan rokok domestik pada paruh pertama 2018 masih tetap lemah (-1,4% YoY).
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular