Cukai Rokok Akan Naik, Begini Valuasi GGRM & HMSP

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
25 July 2018 11:50
GGRM Murah, Namun Arus Kas Berisiko
Foto: www.gudanggaramtbk.com
Di sisi lain, analis J.P.Morgan Securities Aditya Srinath dalam risetnya pada 30 Mei menyatakan valuasi saham GGRM saat ini murah, tetapi risiko arus kas perusahaan membuat Srinath khawatir.

Arus kas yang dimaksud tersebut terutama karena terkait dengan rencana pembangunan bandara pertama di kota asal GGRM yaitu Kediri.

Dana pembangunan, yang akan dialokasikan dari belanja modal (capex) tentunya akan mengancam dividen perusahaan, karena perusahaan berpotensi menginvestasikan dana sekitar Rp 5 triliun. Jika rencana berjalan, mayoritas dana investasi diprediksi akan mulai efektif disetorkan pada 2018.

Dalam kasus ini, Srinath memprediksi kebijakan dividen 20%-40% dari laba per saham (earnings per share/EPS) perusahaan akan terancam dana investasi bandara tadi.

Mereka menilai selama beberapa tahun terakhir, ekspansi GPM GGRM menjadi pendorong utama dari pertumbuhan laba. Karena itu, mereka menilai ekspansi margin tahun ini akan lebih terbatas sehingga berdampak pada terbatasnya pertumbuhan laba emiten tahun ini.

Srinath juga menilai kenaikan harga produk GGRM yang lambat akan berlanjut menekan pertumbuhan laba emiten.

Beberapa faktor penyebab lambatnya kenaikan harga jual perusahaan adalah tingkat konsumsi yang melemah, memanasnya kompetisi dari HMSP sebagai pemimpin pasar, dan rendahnya keinginan untuk menjaga pangsa pasarnya. JPMorgan juga memprediksi tren tersebut akan berlanjut pada 2018.

Patut dicatat bahwa laba bersih perusahaan rokok dua kali lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk, dibandingkan dengan pengaruh dari volume penjualan perseroan.

Karena faktor-faktor tersebut, JPMorgan juga lebih memilih HMSP dibanding GGRM. Terlebih, jika volume penjualan rokok se-Indonesia membaik, maka HMSP sebagai pemegang posisi pangsa pasar terbesar akan lebih diuntungkan.

Saat ini, Srinath berkaca pada data Philip Morris International menunjukkan adanya secercah harapan pada penjualan pada kuartal II-2018 yang tumbuh menjadi 75 miliar batang (+8,6% QoQ/-0,6% YoY) dari 69 miliar batang pada kuartal I-2018 (-15% QoQ/-2,4% YoY).

Harapan tersebut muncul karena secara semesteran, penjualan rokok domestik pada paruh pertama 2018 masih tetap lemah (-1,4% YoY). (Irvin Avriano A./hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular