Hasil RDG BI Gagal Redam Koreksi Pasar Obligasi

Irvin Avriano, CNBC Indonesia
19 July 2018 18:15
Harga obligasi anjlok signifikan seiring dengan turunnya nilai tukar rupiah akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi anjlok signifikan seiring dengan turunnya nilai tukar rupiah akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS). 

Pengumuman ditahannya suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sore ini tidak berdampak besar di pasar sekunder obligasi karena koreksi lebih dipengaruhi faktor eksternal, terutama penguatan dolar AS. 

Data Reuters menunjukkan harga seluruh empat seri surat berharga negara (SBN) acuan turun dan mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield seri menengah 10 tahun mengalami kenaikan di atas dua digit, yaitu 15 basis poin, menjadi 7,76% menurut pantauan terakhir pada 17.00. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Tiga seri lain mengalami kenaikan yield 9 bps menjadi 8,16% untuk seri panjang 20 tahun, 6 bps menjadi 7,92% untuk seri menengah 15 tahun, dan 6 bps menjadi 7,65% untuk seri pendek lima tahun. 

Hasil RDG Gagal Redam Koreksi Pasar ObligasiFoto: Sumber: Reuters
Harga wajar obligasi negara berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga turun. INDOBeX Government Total Return menunjukkan penurunan 1 poin (0,52%) menjadi 230. 

Kepala Divisi Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai pelemahan pasar obligasi hari ini bersamaan dengan turunnya nilai tukar rupiah. 

"Pelemahan itu terjadi bersamaan setelah pengumuman hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI tadi sore. Memang ditunggu investor asing hasilnya dan memang mereka berharap juga kalau suku bunga naik lagi," ujarnya.


Dia menambahkan saat ini beberapa sekuritas asing sudah menyarankan investornya masuk ke pasar SBN karena yield obligasi pemerintah sudah tinggi, tetapi belum terlihat tekanan belinya hingga saat ini.
 

Posisi yield SBN yang tinggi, lanjutnya, sudah menarik bagi investor global terlebih sudah di atas yield negara lain sekawasan. Saat ini, pasar SBN lebih dipengaruhi pasar eksternal yaitu penguatan dolar AS. 

Penguatan greenback tersebut terjadi seiring dengan semakin agresifnya (hawkish) pernyataan pemerintah AS terhadap potensi penaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate. Hasilnya, nilai tukar Paman Sam menguat terhadap hampir seluruh mata uang Asia, termasuk rupiah. 

Sore ini, nilai tukar rupiah mulai menembus titik psikologis Rp 14.500 per dolar AS, tepatnya melemah 90 poin (-0,62%) menjadi Rp 14.502 per dolar AS. Setiap pelemahan rupiah menyebabkan potensi keuntungan investasi investor global di produk domestik berdenominasi rupiah semakin tergerus. 

Di bursa saham, koreksi juga masih melanda. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 19 poin (0,33%) menjadi 5.871. Di pasar AS, acuan investasi investor global yaitu US Treasury tenor 10 tahun mengalami kenaikan yield tipis 0,1 bps menjadi 2,89%. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/prm) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular