Bunga Naik, Penerbitan Obligasi Tak Seramai Tahun Lalu
Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 July 2018 15:51
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai penerbitan obligasi korporasi di tahun ini tak akan sama semaraknya dengan tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah tingkat suku bunga dari Bank Indonesia yang sudah naik hingga 5,25% padahal awal tahun suku bunga masih sebesar 4,25%.
Direktur IBPA Wahyu Trenggono mengatakan nilai penerbitan obligasi hingga Juli tahun ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu, salah satunya karena faktor naiknya suku bunga. Meski demikian, bukan berarti perusahaan-perusahaan urung untuk menerbitkan surat utang.
"Lihat momentum saja, kan kemarin sampai Juni msih pakai laporan keuangan tahun lalu. Tapi ini masih bisa pakai Maret yang keluar April. Masih ada potensi bisa mengejar tapi tidak sebesar tahun lalu," kata Wahyu di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (18/7).
Menurut data IBPA, tahun lalu total nilai penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 161,36 triliun, naik 40,23% dari posisi akhir 2016 yang sebesar Rp 115,06 triliun.
Wahyu mengatakan bahwa daya tarik penerbitan obligasi di tahun masih akan besar, meski tak sebesar tahun lalu karena dia menilai korporasi masih membutuhkan dana untuk pembayaran utang jatuh tempo di akhir tahun ini. Ditambah lagi dengan pengembangan proyek yang tak bisa ditunda hingga tahun depan.
"Karena infrastruktur butuh pendanaan jangka panjang, sementara kalau perbankan datang dengan dana jangka pendek," jelas dia.
Selain itu dia juga menyebutkan bahwa perusahaan cenderung akan lebih memilih untuk menerbitkan di tahun ini dibandingkan dengan 2019, tak lain karena faktor perhelatan politik.
Dia menilai tahun ini penerbitan obligasi masih akan didominasi oleh perusahaan-perusahaan pembiayaan.
(dob) Next Article Likuiditas Ketat, Emisi Surat Utang dengan Yield Tinggi Turun
"Lihat momentum saja, kan kemarin sampai Juni msih pakai laporan keuangan tahun lalu. Tapi ini masih bisa pakai Maret yang keluar April. Masih ada potensi bisa mengejar tapi tidak sebesar tahun lalu," kata Wahyu di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (18/7).
Wahyu mengatakan bahwa daya tarik penerbitan obligasi di tahun masih akan besar, meski tak sebesar tahun lalu karena dia menilai korporasi masih membutuhkan dana untuk pembayaran utang jatuh tempo di akhir tahun ini. Ditambah lagi dengan pengembangan proyek yang tak bisa ditunda hingga tahun depan.
"Karena infrastruktur butuh pendanaan jangka panjang, sementara kalau perbankan datang dengan dana jangka pendek," jelas dia.
Selain itu dia juga menyebutkan bahwa perusahaan cenderung akan lebih memilih untuk menerbitkan di tahun ini dibandingkan dengan 2019, tak lain karena faktor perhelatan politik.
Dia menilai tahun ini penerbitan obligasi masih akan didominasi oleh perusahaan-perusahaan pembiayaan.
(dob) Next Article Likuiditas Ketat, Emisi Surat Utang dengan Yield Tinggi Turun
Most Popular