The Fed Beri Sinyal Agresif, Obligasi RI Tertekan

Irvin Avriano, CNBC Indonesia
18 July 2018 10:55
Tekanan di pasar obligasi lebih disebabkan faktor eksternal, yaitu pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian nyata.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah terkoreksi pada awal perdagangan pagi ini. Tekanan di pasar obligasi lebih disebabkan faktor eksternal, yaitu pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian nyata.

Berdasarkan data Reuters pada pukul 10.00 WIB, harga obligasi tiga seri acuan (benchmark) melemah tipis dan mendongkrak tingkat imbal hasil (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.

Seri acuan 5 tahun mengalami kenaikan yield 5 basis poin (bps) menjadi 7,58%, acuan 10 tahun naik 4 bps menjadi 7,6%, dan benchmark 20 tahun naik 1 bps menjadi 8,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Dari total empat obligasi seri acuan pemerintah, hanya satu seri yang mengalami kenaikan harga dan menekan yield-nya di pasar yaitu FR0065 (acuan 15 tahun). Yield seri tersebut turun 0,7 bps menjadi 7,82%. 


Koreksi pasar saham obligasi hari ini merupakan kelanjutan dari pelemahan harga yang terjadi sejak kemarin. Indeks INDOBeX Government Total Return yang dikeluarkan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI, IBPA) menunjukkan adanya koreksi 0,2 poin (0,12%) menjadi 232.     

Semalam, Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve/The Fed Jerome Powell mengeluarkan pernyataan bersinyal agresif (hawkish) terkait potensi penaikan suku bunga acuan. Dia menyatakan perekonomian AS sedang tumbuh dengan kecepatan yang terus meningkat dan didorong oleh kebijakan fiskal yang agresif. 

Pernyataan itu menegaskan kembali sinyal kenaikan Federal Funds Rate dua kali lagi sehingga menjadi empat kali sepanjang 2018. Meskipun ekonomi AS tumbuh hanya 2% di kuartal I-2018, Powell mengatakan pertumbuhan di kuartal berikutnya "lebih kuat daripada yang pertama." 

Pelaku pasar saham AS menyikapi penegasan pandangan hawkish Powell secara positif dan berhasil mengangkat indeks saham utama yaitu Dow Jones Industrial Average 57 poin (0,23%). Di sisi lain, komentar positif Powell itu turut membuat pasar obligasi terkoreksi. Di AS, pergerakan pasar saham dan pasar obligasi pemerintah lumrah bertolak belakang karena ada indikasi peralihan dana investasi ke pasar saham dari obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun naik tipis 0,07 bps menjadi 2,86%. 

Meskipun positif di AS, ternyata pelaku pasar keuangan Asia menilai pernyataan tersebut tidak mengejutkan serta sudah terefleksikan di pasar (priced in). Karena itu, pasar saham Asia juga bergerak positif sejak dibuka tadi pagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular