Likuiditas Ketat, Emisi Surat Utang dengan Yield Tinggi Turun

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
17 July 2018 15:23
Hal itu diungkapkan dalam riset Annalisa Di Chiara, Senior Credit Officer lembaga pemeringkat Moody's Investors Service.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Penerbitan obligasi yield tinggi di Asia akan berlanjut melambat pada kuartal II-2018 dari kuartal sebelumnya karena pengetatan penyaluran kredit, kenaikan suku bunga, dan penguatan nilai tukar dolar AS. Hal itu diungkapkan dalam riset Annalisa Di Chiara, Senior Credit Officer lembaga pemeringkat Moody's Investors Service.

Oleh karena itu, dia memprediksi penerbitan obligasi pada semester I-2018 hanya mencapai US$ 15 miliar, turun 30% dari US$ 21,6 miliar pada semester I-2017.

Secara total ada 26 transaksi obligasi pada kuartal II-2018, di mana perusahaan properti asal China dan Indonesia menjadi penerbit seluruh obligasi tersebut, kecuali satu yang diterbikan perusahaan game asal Kamboja yaitu NagaCorp Ltd.

Annalisa melanjutkan, bahwa 76% dari seluruh penerbitan memiliki peringkat B1 atau lebih rendah, naik dari porsi serupa pada kuartal sebelumnya 62%, dan terutama diterbitkan oleh perusahaan yang mash memiliki obligasi beredar, iklim kredit lebih menantang lagi bagi penerbit obligasi dengan yield tinggi.

Meskipun likuiditas mengetat untuk banyak sektor selama kuartal terakhir, risiko pendanaan ulang (refinancing) masih terkendali pada 2018-2019 untuk hampir seluruh perusahaan. Dengan tidak adanya kejutan dari luar prediksi, pasar dapat menyerap seluruh keterbukaan"

Sekitar US$ 201 miliar obligasi yield tinggi yang berperingkat dan tidak berperingkat akan jatuh tempo hingga 2022, dan sebanyak US$ 3,8 miliar dari obligasi berperingkat aka jatuh tempo pada 30 July 2019.

Per 30 Juni, sebanyak 162 perusaaah memiliki US$ 85,7 miliar obligasi beredar sekarang.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Bunga Naik, Penerbitan Obligasi Tak Seramai Tahun Lalu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular