
Ini 2 Alasan yang Bisa Bikin Yuan Tetap Mengungguli Rupiah
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
17 July 2018 09:59

Di sisi lain, faktor yang bisa jadi pendorong pelemahan rupiah terhadap yuan adalah perang dagang. Menurut riset Bank ANZ, sentimen perang dagang menekan Indeks USD/Asia, indeks yang merekam pergerakan dolar AS terhadap mata uang kawasan Asia.
“Pemicu awal pelemahan kurs Asia adalah penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil di AS. Namun pelemahan akhir-akhir ini sejak pertengahan Juni terkait dengan eskalasi perang dagang AS dan China, memicu koreksi yuan yang menular ke kurs Asia lainnya,” tutur Head of Asia Research Khoon Goh.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (16/07/2018), Goh memasukkan yuan sebagai salah satu mata uang yang nilainya masih terlalu murah (undervalued) di Asia, sehingga berpeluang menguat. Rupiah juga terhitung undervalued di tengah perbaikan fundamental ekonominya.
Hanya saja, kekuatan fundamental Indonesia sejauh ini belum bisa menandingi keperkasaan ekonomi Negeri Tirau Bambu. Beberapa rilis data seperti penyaluran kredit China hingga produk domestik bruto (PDB), menjadi faktor yang memunculkan persepsi positif di mata investor.
Penyaluran kredit di China sejak Februari terus tumbuhseiring berkembangnya industri khususnya manufaktur. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu indeks PMI. Indeks PMI sektor manufaktur sejak Februari terus bergerak naik, mencerminkan positifnya sektor tersebut.
Selain itu, kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan PDB negara tersebut cukup tinggi. Pada 2015 saja, kontribusi manufaktur terhadap pertumbuhan PDB mencapai 40%. Terbaru sepanjang kuartal I hingga II 2018, PDB China tumbuh di atas 6,5%.
Kondisi perekonomian yang positif tentu menjadi penilaian lebih di mata investor. Meskipun saat ini China sedang dihadapkan pada perang dagang dengan Amerika Serikat (AS), tetapi rilis data ekonomi membuat kekhawatiran investor pun sirna.
Hal inipun ikut menjadi penyebab yuan cenderung menguat di hadapan rupiah setidaknya sejak awal tahun hingga saat ini. (ags/ags)
“Pemicu awal pelemahan kurs Asia adalah penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil di AS. Namun pelemahan akhir-akhir ini sejak pertengahan Juni terkait dengan eskalasi perang dagang AS dan China, memicu koreksi yuan yang menular ke kurs Asia lainnya,” tutur Head of Asia Research Khoon Goh.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (16/07/2018), Goh memasukkan yuan sebagai salah satu mata uang yang nilainya masih terlalu murah (undervalued) di Asia, sehingga berpeluang menguat. Rupiah juga terhitung undervalued di tengah perbaikan fundamental ekonominya.
Penyaluran kredit di China sejak Februari terus tumbuhseiring berkembangnya industri khususnya manufaktur. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu indeks PMI. Indeks PMI sektor manufaktur sejak Februari terus bergerak naik, mencerminkan positifnya sektor tersebut.
Selain itu, kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan PDB negara tersebut cukup tinggi. Pada 2015 saja, kontribusi manufaktur terhadap pertumbuhan PDB mencapai 40%. Terbaru sepanjang kuartal I hingga II 2018, PDB China tumbuh di atas 6,5%.
Kondisi perekonomian yang positif tentu menjadi penilaian lebih di mata investor. Meskipun saat ini China sedang dihadapkan pada perang dagang dengan Amerika Serikat (AS), tetapi rilis data ekonomi membuat kekhawatiran investor pun sirna.
Hal inipun ikut menjadi penyebab yuan cenderung menguat di hadapan rupiah setidaknya sejak awal tahun hingga saat ini. (ags/ags)
Pages
Most Popular