Nasib Rupiah Pasca Sinyal Kenaikan Bunga BI

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 June 2018 09:15
Ekonom Bank Mandiri memperkirakan minggu ini dolar AS akan berada dikisaran Rp 14.100.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pada awal pembukaan perdagangan, Kamis (21/6/2018) akan benar-benar diuji pasca Bank Indonesia (BI) kembali membuka peluang untuk menaikkan bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.

Maklum saja, pergerakan nilai tukar jelang pembukaan perdagangan pasca libur Lebaran esok memang dihantui keperkasaan dolar AS sejak 13 Juni yang ditopang dari hasil rapat bank sentral AS, Federal Reserve/The Fed, pada pekan lalu.

Peluang The Fed menaikkan bunga acuan hingga empat kali pada tahun ini yang ditopang dari perbaikan ekonomi negeri Paman Sam, menjadi alasan penguatan greenback. Bahkan melawan mata uang utama, dolar AS sudah menunjukkan tajinya.

Berdasarkan catatan, sepanjang libur Lebaran dolar AS menujukkan keperkasaannya terhadap sejumlah mata uang utama seperti euro, poundsterling, yen Jepang, dolar Australia, dolar New Zealand, dolar Kanada, hingga franc Prancis.

Bank Indonesia sebagai garda terdepan penjaga stabilitas nilai tukar pun tidak tinggal diam menyikapi perkembangan tersebut. Janji untuk tetap mengkalibrasi dinamika perekonomian global akhirnya ditepati dengan sinyal kenaikan bunga acuan.

"BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG 27-28 Juni 2018," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

"Kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan," tambah Perry.

Kalangan ekonom memandang, sinyal yang diberikan bank sentral bagi para pelaku pasar adalah untuk mencegah derasnya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian perekonomian global.

Harapannya, volatilitas  rupiah tetap terjaga dan nilainya tidak terlempar jauh dari fundamentalnya. "Lebih untuk mencegah agar investor portofolio tetap tenang. Kalau BI antisipatif, saya pikir bisa cegah outflow," ungkap Ekonom BCA David Sumual.

Menarik dicermati, bagaimana pergerakan rupiah pada pembukaan perdagangan esok. Apalagi, meskipun bank sentral sudah mengeluarkan stance ketat, nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap bergerak di rentang Rp 14.000/US$ - Rp 14.100/US$.

"Untuk minggu ini masih di kisaran itu [Rp 14.100]," ungkap Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.



(roy) Next Article Catat Nih! Bos BI Pede Rupiah Bisa di Bawah Rp 14.200/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular