Mulai Aktif Setelah Libur Panjang, IHSG Diperkirakan Gugup

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
20 June 2018 07:55
Beberapa saham dari subsektor pertambangan, perbankan, dan otomotif layak diakumulasi beli.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah jeda libur panjang Lebaran, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali melakukan perdagangan saham pada Rabu (20/6/2018). Di perdagangan hari pertama ini, analis memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak menguat terbatas dengan sentimen eksternal dan internal akan bercampur jadi satu.

"Saya masih menganggap IHSG akan mengalami technical rebound walaupun situasi libur panjang Lebaran ini," tutur Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Selasa (19/6/2018).

Meskipun ada jeda panjang akibat libur Lebaran, sejumlah sentimen dari eksternal dan internal masih bisa jadi katalis yang dapat mendorong bursa saham domestik. Namun demikian, lanjut Nafan, tetap ada kemungkinan IHSG bergerak ke zona merah.

Investor pun sudah mulai bisa melakukan seleksi dari sektor mana saja yang layak koleksi pada hari pertama perdagangan ini, dengan mempertimbangkan semua faktor baik fundamental maupun isu terkait aksi korporasi.

Analis Senior KGI Sekuritas Indonesia Yuganur Wijanarko merekomendasikan beberapa saham dari subsektor pertambangan, perbankan, dan otomotif yang layak diakumulasi beli.

Yuganur menyebut saham sektor pertambangan layak dikoleksi menyusul kenaikan harga batu bara dan minyak dunia yang menjadi katalis penguatan harga saham-saham dari sektor ini.

Ia juga merekomendasikan saham-saham perbankan yang dari awal tahun sudah terkoreksi namun menjelang lebaran sempat menguat.



Sinyal kenaikan bunga acuan BI

Tidak hanya itu, kemarin (19/6), Bank Indonesia (BI) mengeluarkan pernyataan bahwa ada kemungkinan bank sentral menaikkan lagi suku bunga acuannya dengan diiringi relaksasi LTV. Hasil keputusan kebijakan ini akan diumumkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 27-28 Juni mendatang.

Menanggapi hal itu, analis Danpac Sekuritas Harry Wijaya mengatakan langkah BI itu akan menjadi sentimen negatif untuk pasar saham karena hal tersebut akan memukul dunia usaha, khususnya sektor properti. Ada potensi IHSG akan terkoreksi jika BI benar-benar menaikkan suku bunga acuan.

"Kalau melihat IHSG secara teknikal memang masih dalam down trend. Suku bunga acuan BI sudah naik 50 poin, tapi rupiah masih tidak jauh-jauh dari Rp 14.000, ini memang lagi masanya dolar AS menguat," ujar Harry saat dihubungi CNBC Indonesia (19/6).

Sementara itu, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim mengatakan langkah BI menaikkan suku bunga acuan tidak akan memberikan perngaruh terlalu signifikan. Dia malah menilai, kebijakan tersebut akan mendorong pasar untuk berpikir bahwa bank sentral bekerja keras untuk menghasilkan kebijakan yang sangat bijaksana.

"Saya pikir BI menempatkan banyak pemikiran ke dalam keputusan kebijakan moneternya. Saya yakin BI berusaha keras untuk meluncurkan kebijakan moneter yang bijaksana yang pada saat yang sama juga meminimalkan volatilitas mata uang. Ini akan menjadi pekerjaan yang sangat sulit bagi BI saat ini," tutur Taye kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Selasa (19/6/2018).
(prm) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular