
Pekan Ini Jadi Milik Bank Sentral
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 June 2018 09:30

Selepas ECB, investor langsung disibukkan dengan pertemuan bank sentral yang ketiga yaitu Bank of Japan (BoJ). Pada Jumat (15/6/2018) waktu Indonesia, BoJ memutuskan untuk masih memberlakukan kebijakan moneter longgar dengan suku bunga acuan -0,1%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Pasar tenaga kerja Jepang membaik, tetapi harga belum betul-betul naik. Oleh karena itu, kebijakan yang paling pantas saat ini adalah lebih sabar dan mempertahankan pelonggaran moneter," ujar Haruhiko Kuroda, Gubernur BoJ, seperti dikutip Reuters.
Jepang memang masih mendambakan inflasi. Ada harapan pada dua bulan pertama 2018, di mana laju inflasi mulai terakselerasi. Namun setelah itu lajunya justru melambat. Situasi ini menandakan ekonomi Negeri Matahari Terbit belum menggeliat, karena tidak ada tekanan kenaikan harga.
Dengan situasi ini, sepertinya jalan menuju pengetatan moneter di Jepang masih panjang. "Saat ini masih terlalu awal untuk bicara soal normalisasi dan exit policy," ujar Kuroda.
Investor merespons hasil rapat BoJ dengan membeli mata uang yen Jepang, sebab yang terjadi sesuai ekspektasi. Yen pun menguat pada saat itu, meski sempat melemah sampai tengah hari.
Di tengah hiruk-pikuk pasar pekan ini, Indonesia santai saja. Pasar keuangan domestik memang libur karena cuti bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Investor sedang bermaaf-maafan untuk kembali ke fitrah.
Mungkin ada hikmahnya pasar keuangan libur, karena Indonesia menjadi relatif imun terhadap gonjang-ganjing yang terjadi pekan ini. Namun perlu dicatat bahwa saat pasar mulai aktif kembali pada 20 Juni, investor bisa mengalami jetlag karena perlu adaptasi mengikuti dinamika yang sudah bergerak jauh. Pasar Indonesia harus memperpendek jarak (catching up) dengan pasar dunia yang sudah jauh di depan, dan mungkin prosesnya bisa sedikit bergelombang alias bumpy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Pasar tenaga kerja Jepang membaik, tetapi harga belum betul-betul naik. Oleh karena itu, kebijakan yang paling pantas saat ini adalah lebih sabar dan mempertahankan pelonggaran moneter," ujar Haruhiko Kuroda, Gubernur BoJ, seperti dikutip Reuters.
Jepang memang masih mendambakan inflasi. Ada harapan pada dua bulan pertama 2018, di mana laju inflasi mulai terakselerasi. Namun setelah itu lajunya justru melambat. Situasi ini menandakan ekonomi Negeri Matahari Terbit belum menggeliat, karena tidak ada tekanan kenaikan harga.
![]() |
Dengan situasi ini, sepertinya jalan menuju pengetatan moneter di Jepang masih panjang. "Saat ini masih terlalu awal untuk bicara soal normalisasi dan exit policy," ujar Kuroda.
Investor merespons hasil rapat BoJ dengan membeli mata uang yen Jepang, sebab yang terjadi sesuai ekspektasi. Yen pun menguat pada saat itu, meski sempat melemah sampai tengah hari.
![]() |
Di tengah hiruk-pikuk pasar pekan ini, Indonesia santai saja. Pasar keuangan domestik memang libur karena cuti bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Investor sedang bermaaf-maafan untuk kembali ke fitrah.
Mungkin ada hikmahnya pasar keuangan libur, karena Indonesia menjadi relatif imun terhadap gonjang-ganjing yang terjadi pekan ini. Namun perlu dicatat bahwa saat pasar mulai aktif kembali pada 20 Juni, investor bisa mengalami jetlag karena perlu adaptasi mengikuti dinamika yang sudah bergerak jauh. Pasar Indonesia harus memperpendek jarak (catching up) dengan pasar dunia yang sudah jauh di depan, dan mungkin prosesnya bisa sedikit bergelombang alias bumpy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular