
Sepanjang Tahun Ini, INKP dan TKIM Jadi Motor Utama IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 June 2018 20:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) menjadi saham dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG sepanjang tahun ini. Saham INKP berkontribusi sebesar 67,2 poin bagi IHSG, sementara TKIM berkontribusi sebesar 38,8 poin.
Sepanjang tahun ini, harga saham INKP telah naik hingga 253,7%, sementara saham TKIM meroket 476,2%.
Baik INKP dan TKIM sama-sama merupakan emiten milik grup Sinar Mas yang beroperasi di bidang manufaktur produk-produk kertas. Khusus untuk INKP, perusahaan juga menjual bubur kertas (pulp).
Kenaikan harga saham kedua yang begitu signifikan didorong oleh positifnya kinerja keuangan. Laba bersih INKP naik 103,8% sepanjang tahun 2017 menjadi US$ 413,2 juta, dari yang sebelumnya US$ 202,7 juta pada tahun 2016. Penjualan perusahaan tercatat naik 14,8% (dari US$ 2,7 miliar menjadi US$ 3,1 miliar).
Di sisi lain, perusahaan terlihat berhasil melakukan efisiensi biaya. Hal ini terlihat dari total biaya (penjualan/umum/administrasi) yang hanya naik tipis dari US$ 282,2 juta menjadi US$ 289,1 juta.
Sementara itu, laba bersih TKIM pada tahun lalu naik 254,5% menjadi US$ 27,3 juta, dari yang sebelumnya US$ 7,7 juta pada tahun 2016. Penjualan perusahaan tercatat naik tipis 0,3% (dari US$ 996,9 juta menjadi US$ 1 miliar).
Sama seperti INKP, TKIM juga berhasil melakukan efisiensi biaya. Hal ini terlihat dari total biaya (penjualan/umum/administrasi) yang justru turun dari US$ 98,3 juta menjadi US$ 82,2 juta.
Pada kuartal-I 2018, kedua perusahaan masih melanjutkan tren positif tersebut. Laba bersih INKP naik 80,8% menjadi US$ 155,1 juta sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, dari US$ 85,8 juta pada periode yang sama tahun 2017. Kenaikan laba bersih perusahaan salah satunya ditopang oleh penjualan yang tumbuh sebesar 13,1% (dari US$ 746 juta menjadi US$ 843,7 juta)
Laba bersih TKIM tumbuh 515,6% secara year-on-year sepanjang kuartal-I 2018 (dari US$ 7,7 juta menjadi US$ 47,4 juta). Penjualan perusahaan naik tipis sebesar 1,7% (dari US$ 271,3 juta menjadi US$ 275,9 juta).
Krisis Tisu Toilet
Khusus untuk INKP, pertumbuhan penjualan perusahaan salah satunya didorong oleh tingginya permintaan bubur kertas yang merupakan bahan baku untuk membuat tisu toilet.
Mengutip CNBC International, pada tahun 2015 pemerintahan China meluncurkan sebuah program bernama "toilet revolution" yang akan berlangsung selama 3 tahun lamanya. Di bawah program ini, pemerintahan China bertujuan untuk memperbaiki kualitas dari toilet-toilet di China guna menarik lebih banyak turis ke Negeri Panda.
Per akhir November 2018, dana sebanyak US$ 3,03 miliar dikabarkan telah disalurkan untuk membangun dan memperbaiki 68.000 toilet yang terletak di lokasi destinasi wisata di seluruh penjuru China. Salah satu fasilitas tambahan yang diberikan adalah penyediaan tisu toilet.
Seiring dengan maraknya penyediaan tisu di toilet-toilet di Negeri Panda, masyarakat lokal pun kini menjadi terbiasa menggunakannya untuk kebutuhan sanitasi. Sebuah hal yang mungkin belum pernah kita lihat sebelumnya pun terjadi: China mengalami krisis tisu toilet. Ya, bukan krisis keuangan, namun krisis tisu toilet. Isu ini mulai merebak pada April 2017 lalu.
Krisis ini dipicu oleh maraknya pencurian tisu toilet yang dilakukan oleh warga lokal. South China Morning Post melaporkan bahwa berdasarkan hasil investasi media-media lokal, diketahui bahwa warga lokal mengambil tisu di toilet-toilet publik untuk kemudian digunakan di rumah.
Krisis ini nampaknya masih berlanjut sampai sekarang, mendorong tingginya permintaan atas bubur kertas.
Mengutip laporan keuangan INKP, pada tahun 2017 total ekspor perusahaan ke wilayah Asia naik hingga 20,3% menjadi US$ 1,17 miliar, dari yang sebelumnya US$ 972,77 juta. Walaupun tak menyebutkan secara rinci pasar Asia mana yang banyak berkontribusi dalam mendongkrak ekspor, dengan melihat fenomena yang ada dapat diasumsikan bahwa derasnya permintaan dari China menjadi pendorongnya.
Hal ini dikonfirmasi oleh data ekspor bubur kertas Indonesia ke China pada periode yang sama. Sepanjang tahun lalu, ekspor bubur kertas ke negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini meroket hingga 76,4% menjadi US$ 1,71 miliar, dari yang sebelumnya US$ 969,2 juta.
Pesatnya Pertumbuhan E-Commerce
Pada tahun 2017, ekspor produk kertas dari Indonesia ke China (termasuk kertas untuk kemasan yang merupakan produk dari INKP dan TKIM) naik hingga 147,2% (dari US$ 163,9 juta menjadi US$ 405,1 juta). Kencangnya ekspor dipicu oleh pesatnya pertumbuhan e-commerce disana, yang salah satunya didorong oleh kehadiran Alibaba.
Mengutip situs ZDNet, per akhir Mei 2018 Alibaba memproses sebanyak 100 juta paket setiap harinya. Bahkan, perusahaan besutan Jack Ma itu telah mengungkapkan rencana investasi senilai US$ 100 miliar yuan dalam 5 tahun (US$ 15,58 miliar) guna meningkatkan kapasitas paket yang dapat ditangani menjadi 1 miliar paket setiap harinya.
Sepanjang tahun 2017, INKP memproduksi kertas kemasan sebanyak 2,1 juta ton, sementara produksi dari TKIM adalah sebanyak 116.000 ton.
Pilkada Serentak
Selain angin segar yang datang dari China, pada tahun ini kinerja keuangan TKIM dan INKP juga diharapkan akan terdongkrak oleh gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Tercatat, sebanyak 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten akan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut. Beberapa provinsi besar yang akan menyelenggarakan pilkada diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Gelaran pilkada 2018 lantas diharapkan bisa mendongkrak permintaan kertas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Saham INKP & TKIM Meroket Lagi, Sampai Mana Batasnya?
Sepanjang tahun ini, harga saham INKP telah naik hingga 253,7%, sementara saham TKIM meroket 476,2%.
Baik INKP dan TKIM sama-sama merupakan emiten milik grup Sinar Mas yang beroperasi di bidang manufaktur produk-produk kertas. Khusus untuk INKP, perusahaan juga menjual bubur kertas (pulp).
Sementara itu, laba bersih TKIM pada tahun lalu naik 254,5% menjadi US$ 27,3 juta, dari yang sebelumnya US$ 7,7 juta pada tahun 2016. Penjualan perusahaan tercatat naik tipis 0,3% (dari US$ 996,9 juta menjadi US$ 1 miliar).
Sama seperti INKP, TKIM juga berhasil melakukan efisiensi biaya. Hal ini terlihat dari total biaya (penjualan/umum/administrasi) yang justru turun dari US$ 98,3 juta menjadi US$ 82,2 juta.
Pada kuartal-I 2018, kedua perusahaan masih melanjutkan tren positif tersebut. Laba bersih INKP naik 80,8% menjadi US$ 155,1 juta sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, dari US$ 85,8 juta pada periode yang sama tahun 2017. Kenaikan laba bersih perusahaan salah satunya ditopang oleh penjualan yang tumbuh sebesar 13,1% (dari US$ 746 juta menjadi US$ 843,7 juta)
Laba bersih TKIM tumbuh 515,6% secara year-on-year sepanjang kuartal-I 2018 (dari US$ 7,7 juta menjadi US$ 47,4 juta). Penjualan perusahaan naik tipis sebesar 1,7% (dari US$ 271,3 juta menjadi US$ 275,9 juta).
Krisis Tisu Toilet
Khusus untuk INKP, pertumbuhan penjualan perusahaan salah satunya didorong oleh tingginya permintaan bubur kertas yang merupakan bahan baku untuk membuat tisu toilet.
Mengutip CNBC International, pada tahun 2015 pemerintahan China meluncurkan sebuah program bernama "toilet revolution" yang akan berlangsung selama 3 tahun lamanya. Di bawah program ini, pemerintahan China bertujuan untuk memperbaiki kualitas dari toilet-toilet di China guna menarik lebih banyak turis ke Negeri Panda.
Per akhir November 2018, dana sebanyak US$ 3,03 miliar dikabarkan telah disalurkan untuk membangun dan memperbaiki 68.000 toilet yang terletak di lokasi destinasi wisata di seluruh penjuru China. Salah satu fasilitas tambahan yang diberikan adalah penyediaan tisu toilet.
Seiring dengan maraknya penyediaan tisu di toilet-toilet di Negeri Panda, masyarakat lokal pun kini menjadi terbiasa menggunakannya untuk kebutuhan sanitasi. Sebuah hal yang mungkin belum pernah kita lihat sebelumnya pun terjadi: China mengalami krisis tisu toilet. Ya, bukan krisis keuangan, namun krisis tisu toilet. Isu ini mulai merebak pada April 2017 lalu.
Krisis ini dipicu oleh maraknya pencurian tisu toilet yang dilakukan oleh warga lokal. South China Morning Post melaporkan bahwa berdasarkan hasil investasi media-media lokal, diketahui bahwa warga lokal mengambil tisu di toilet-toilet publik untuk kemudian digunakan di rumah.
Krisis ini nampaknya masih berlanjut sampai sekarang, mendorong tingginya permintaan atas bubur kertas.
Mengutip laporan keuangan INKP, pada tahun 2017 total ekspor perusahaan ke wilayah Asia naik hingga 20,3% menjadi US$ 1,17 miliar, dari yang sebelumnya US$ 972,77 juta. Walaupun tak menyebutkan secara rinci pasar Asia mana yang banyak berkontribusi dalam mendongkrak ekspor, dengan melihat fenomena yang ada dapat diasumsikan bahwa derasnya permintaan dari China menjadi pendorongnya.
Hal ini dikonfirmasi oleh data ekspor bubur kertas Indonesia ke China pada periode yang sama. Sepanjang tahun lalu, ekspor bubur kertas ke negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini meroket hingga 76,4% menjadi US$ 1,71 miliar, dari yang sebelumnya US$ 969,2 juta.
Pesatnya Pertumbuhan E-Commerce
Pada tahun 2017, ekspor produk kertas dari Indonesia ke China (termasuk kertas untuk kemasan yang merupakan produk dari INKP dan TKIM) naik hingga 147,2% (dari US$ 163,9 juta menjadi US$ 405,1 juta). Kencangnya ekspor dipicu oleh pesatnya pertumbuhan e-commerce disana, yang salah satunya didorong oleh kehadiran Alibaba.
Mengutip situs ZDNet, per akhir Mei 2018 Alibaba memproses sebanyak 100 juta paket setiap harinya. Bahkan, perusahaan besutan Jack Ma itu telah mengungkapkan rencana investasi senilai US$ 100 miliar yuan dalam 5 tahun (US$ 15,58 miliar) guna meningkatkan kapasitas paket yang dapat ditangani menjadi 1 miliar paket setiap harinya.
Sepanjang tahun 2017, INKP memproduksi kertas kemasan sebanyak 2,1 juta ton, sementara produksi dari TKIM adalah sebanyak 116.000 ton.
Pilkada Serentak
Selain angin segar yang datang dari China, pada tahun ini kinerja keuangan TKIM dan INKP juga diharapkan akan terdongkrak oleh gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Tercatat, sebanyak 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten akan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut. Beberapa provinsi besar yang akan menyelenggarakan pilkada diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Gelaran pilkada 2018 lantas diharapkan bisa mendongkrak permintaan kertas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Saham INKP & TKIM Meroket Lagi, Sampai Mana Batasnya?
Most Popular