
Pekan Ini, Bursa Saham Utama Kawasan Asia Berguguran
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 June 2018 18:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini menjadi pekan yang kelam bagi bursa saham utama kawasan Asia. Sepanjang perdagangan minggu ini, indeks Strait Times anjlok 2,32%, indeks Hang Seng anjlok 2,1%, indeks Kospi anjlok 1,94%, dan indeks Shanghai anjlok 1,48%. Hanya indeks Nikkei yang bisa menghijau yakni sebesar 0,69%.
Potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve menjadi momok bagi bursa saham Kawasan Asia sepanjang pekan ini. Hal ini terungkap saat the Fed mengumumkan hasil pertemuannya pada hari Rabu waktu setempat (13/6/2018).
Pada pertemuan bulan Maret, median dari dot plot masih mantap berada di level 2-2,25% pada akhir tahun, menandakan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini. Namun, kini mediannya sudah berada di 2,25-2,5%, mengindikasikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini (4 kali secara keseluruhan). Jika the Fed kelewat agresif menaikkan suku bunga acuan, bukan tak mungkin hal tersebut mungkin akan 'mematikan' ekonomi Negeri Paman Sam.
Apalagi, risiko perang dagang masih mengintai perekonomian Negeri Paman Sam. Sepanjang minggu ini, investor cemas menantikan pengumuman daftar barang-barang yang akan dikenakan bea masuk baru oleh AS. Benar saja, pada hari Jumat Presiden Donald Trump resmi mengumumkan pengenaan bea masuk sebesar 25% bagi barang-barang impor asal China senilai US$ 50 miliar. Secara total, sebanyak 1.102 produk asal China terdampak dari kebijakan ini.
Trump menyebut bahwa barang-barang yang akan terkena dampak adalah barang-barang yang mengandung teknologi penting bagi sektor industri. Beberapa produk China yang akan dikenakan bea masuk baru diantaranya adalah mobil dengan kapasitas mesin 1,5-3 kubik liter, perangkat penyimpanan data, dan komponen pompa.
"Bea masuk ini sangat penting untuk mencegah transfer teknologi dan kekayaan intelektual yang tidak adil ke China. Pada akhirnya ini akan melindungi lapangan kerja di AS," tegas Trump seperti dikutip dari Reuters.
Trump pun menambahkan bahwa AS dapat saja memberlakukan bea masuk baru jika Beijing melakukan aksi balasan. Celakanya, aksi balasan memang sudah terjadi. Bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar barang impor asal AS akan segera berlaku efektif pada 6 Juli mendatang. Barang-barang yang disasar oleh kubu China termasuk produk agrikultur dan mobil.
Kini, perang dagang antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia memasuki babak baru yang semakin panas. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi pemulihan ekonomi dunia dan bursa saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve menjadi momok bagi bursa saham Kawasan Asia sepanjang pekan ini. Hal ini terungkap saat the Fed mengumumkan hasil pertemuannya pada hari Rabu waktu setempat (13/6/2018).
Pada pertemuan bulan Maret, median dari dot plot masih mantap berada di level 2-2,25% pada akhir tahun, menandakan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini. Namun, kini mediannya sudah berada di 2,25-2,5%, mengindikasikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini (4 kali secara keseluruhan). Jika the Fed kelewat agresif menaikkan suku bunga acuan, bukan tak mungkin hal tersebut mungkin akan 'mematikan' ekonomi Negeri Paman Sam.
Trump menyebut bahwa barang-barang yang akan terkena dampak adalah barang-barang yang mengandung teknologi penting bagi sektor industri. Beberapa produk China yang akan dikenakan bea masuk baru diantaranya adalah mobil dengan kapasitas mesin 1,5-3 kubik liter, perangkat penyimpanan data, dan komponen pompa.
"Bea masuk ini sangat penting untuk mencegah transfer teknologi dan kekayaan intelektual yang tidak adil ke China. Pada akhirnya ini akan melindungi lapangan kerja di AS," tegas Trump seperti dikutip dari Reuters.
Trump pun menambahkan bahwa AS dapat saja memberlakukan bea masuk baru jika Beijing melakukan aksi balasan. Celakanya, aksi balasan memang sudah terjadi. Bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar barang impor asal AS akan segera berlaku efektif pada 6 Juli mendatang. Barang-barang yang disasar oleh kubu China termasuk produk agrikultur dan mobil.
Kini, perang dagang antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia memasuki babak baru yang semakin panas. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi pemulihan ekonomi dunia dan bursa saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular