
Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka beragam pada awal perdagangan pekan ini, Senin (22/1/2024) setelah bank sentral China menahan suku bunga dan rilis data baru mengenai konsumen Amerika Serikat (AS).
Pada pukul 08:40 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong ambruk 0,51% ke 15.225,55 dan indeks Hang Seng Hong Kong jatuh 0,38% ke 2.823,2. Indeks KOSPI Korea Selatan melemah tipis 0,05% ke 2.471.
Indeks Nikkei terbang 1,09% ke posisi 36.355,60, masih dalam level tertingginya dalam 34 tahun terakhir. Indeks Straits Times Singapura menguat tipis 0,06% ke 3.154,24.
Indeks ASX 200 Australia melesat 0,60% ke 7.4655,8.
Menguatnya sebagian besar bursa Asia Pasifik sejalan dengan bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street.
Bursa Wall Street ditutup terbang pada akhir pekan lalu di tengah baiknya laporan keuangan perusahaan serta sentimen bullish untuk saham artificial intelligence.
Beragamnya pasar bursa Asia hari ini juga disebabkan oleh sentimen dari China dan kebijakan moneter AS. Sebagian bursa Asia melemah karena semakin memudarnya optimisme pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga bank sentral AS dalam waktu dekat.
Perangkat Fed Watch Tool CME menunjukkan saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 47% pada Maret 2024, turun dari 71% pada minggu lalu.
Pesimisme menguat sejalan dengan masihkencangnya ekonomi AS, termasuk keyakinan konsumen. Survei University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen AS melonjak ke level tetringgi 2,5 tahun pada Januari 2024 ke level 78,8.
Sementara itu, pagi ini, Senin (22/1/2024), bank sentral Tiongkok People Bank of China (PBoC) memutuskan untuk mempertahankan Suku bunga dasar kredit (LPR) satu tahun di level 3,45%. Suku bunga yang digunakan untuk pinjaman jangka menengah kepada perusahaan dan rumah tangga terus sudah ditahan selama lima bulan beruntun.
Sementara itu, tingkat lima tahun yang menjadi acuan untuk hipotek tetap pada 4,2% untuk bulan ketujuh berturut-turut. Keputusan ini muncul setelah PBoC pekan lalu mengumumkan akan memberikan stimulus jumbo senilai CNY 1 triliun untuk mendongrak ekonomi China.
Pelaku pasar Asia juga masih menunggu keputusan kebijakan moneter dari bank sentral Jepang (BoJ). BoJ akan mengumumkan kebijakan pada Selasa (23/1/2024). BoJ pada Desember 2023 mempertahankan suku bunga ultra rendahnya yani -0,1%. Suku bunga ultra rendah ini sudah bertahan sejak 2016 atau tujuh tahun terakhir.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Ijo Royo-Royo, Hanya Nikkei yang Sengsara