Di Ujung Dilema Agus Marto & Perjalanan 5 Tahun Sebagai BI-1

Herdaru Purnomo & Prima Wirayani, CNBC Indonesia
17 May 2018 08:02
Agus Marto dan Program Transformasi BI
Foto: REUTERS/Yuri Gripas
Dalam pekerjaannya, sang pemimpin BI memiliki tugas berat. BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Melihat tugas tersebut, satu-satunya tolak ukur terpenting bagaimana kinerja seorang Gubernur adalah melihat nilai tukar rupiah itu sendiri. Sejak periode 2013-2014 yang cukup bergejolak, tahun 2015-2018 BI selalu menjaga volatilitas nilai tukar rupiah di bawah 10%.

Sepanjang 2017, volatilitas mata uang dunia memang agak tinggi. Pasalnya tahun lalu dolar AS seakan menjadi mata uang yang melemah sendirian sehingga banyak mata uang yang menguat terhadap greenback.

Pengendalian rupiah yang dianut BI dalam masa Kepemimpinan Agus Martowardojo menganut strategi 'dual intervention' juga seperti Darmin Nasution. Selain dari operasi moneter dengan menggelontorkan cadangan devisa, BI juga rajin untuk melalukan buyback di surat utang negara demi satu-satunya upaya menjaga nilai tukar tetap stabil.

Instrumen suku bunga acuan pastinya, juga menunjukkan bagaimana kebijakan moneter BI dalam menghadapi gejolak. Kebijakan tight atau ketat, loose atau longgar, sampai neutral stance menjadi kata yang sering disebut dalam lima tahun terakhir. Dengan kekuatan dan keterbatasan instrumen, BI di bawah Agus Marto mampu dengan solid menahan laju inflasi dengan tepat sasaran.

Di bawah kepemimpinan Agus Martowardojo, Bank Indonesia memiliki program transformasi Bank Indonesia dan Ia menjadi pemimpin dalam mereformulasi kebijakan suku bunga acuan. Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate, yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016.

Tujuannya, yang semata-mata mencerminkan posisi BI dalam menentukan langkah dengan lebih realistis karena menentukan posisi bunga acuan pada 7 hari, lebih dekat dibanding BI Rate sebelumnya yang menggunakan acuan 12 bulan. Reformulasi kebijakan ini dipandang beberapa analis sebagai langkah jitu BI yang ingin menjadikan bunga acuan lebih efektif dalam menyeimbangkan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Kinerja sang Gubernur yang dibantu Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara dan Jajaran Deputi Gubernur lain termasuk Perry Warjiyo juga, bisa ditilik lebih jauh dalam Laporan Tahunan Bank Indonesia yang disampaikan kepada DPR. Salah satunya dengan mendirikan Departemen baru, Pengembangan Pasar Keuangan.

(dru/dru)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular