
Perry Warjiyo dan 5 Resep 'Jamu' Moneter dari Solo
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
30 January 2019 19:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Di depan para bankir, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo kembali menjelaskan bauran kebijakan BI yang makin solid.
Perry menyebut bauran kebijakan ini sebagai lima jenis jamu yang diperlukan untuk menjaga stabilitas moneter sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Jamu moneter untuk pro-stability. Sementara empat jamu yang lain adalah makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan serta ekonomi dan keuangan syariah. Semuanya ini adalah untuk pro-growth," ujar Perry dalam Dialog Ekonomi Perbankan INDEF di Hotel Aryaduta Jakarta, Rabu (30/1/2019).
"Itu lah ilmu jamu dari Solo. Itulah yang kami praktikkan sejak tahun 2010," kata Perry disambut gelak tawa hadirin.
Perry menjelaskan, dalam kondisi perekonomian global yang dipenuhi ketidakpastian ini BI memang harus mengarahkan jamu moneternya untuk stabilitas.
"Tapi jangan dikatakan kalau BI pro-stability maka BI tidak pro-growth. Untuk moneter yang harus memang pro-stability," imbuhnya.
Dia mengingatkan kembali, BI menerapkan kebijakan moneter yang sesuai dengan kondisi perekonomian RI yang terbuka.
Dengan demikian, pertimbangan BI untuk menaikkan suku bunga bukan hanya inflasi dalam negeri, tetapi juga interest rate differential.
"Kita belajar dari teori open economy monetary policy selalu kita harus membalas 3 hal: kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus modal asing masuk," pungkasnya.
(dru) Next Article Perry Warjiyo: PDB RI Pada Q2-2020 Diproyeksi Anjlok ke 1,1%
Perry menyebut bauran kebijakan ini sebagai lima jenis jamu yang diperlukan untuk menjaga stabilitas moneter sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Jamu moneter untuk pro-stability. Sementara empat jamu yang lain adalah makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan serta ekonomi dan keuangan syariah. Semuanya ini adalah untuk pro-growth," ujar Perry dalam Dialog Ekonomi Perbankan INDEF di Hotel Aryaduta Jakarta, Rabu (30/1/2019).
![]() |
Perry menjelaskan, dalam kondisi perekonomian global yang dipenuhi ketidakpastian ini BI memang harus mengarahkan jamu moneternya untuk stabilitas.
"Tapi jangan dikatakan kalau BI pro-stability maka BI tidak pro-growth. Untuk moneter yang harus memang pro-stability," imbuhnya.
Dia mengingatkan kembali, BI menerapkan kebijakan moneter yang sesuai dengan kondisi perekonomian RI yang terbuka.
Dengan demikian, pertimbangan BI untuk menaikkan suku bunga bukan hanya inflasi dalam negeri, tetapi juga interest rate differential.
"Kita belajar dari teori open economy monetary policy selalu kita harus membalas 3 hal: kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus modal asing masuk," pungkasnya.
(dru) Next Article Perry Warjiyo: PDB RI Pada Q2-2020 Diproyeksi Anjlok ke 1,1%
Most Popular