Bos BEI: Indonesia Butuh "GBHN" ala Presiden Soeharto
Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
10 May 2018 08:26
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menilai Indonesia membutuhkan panduan rencana besar arah pembangunan Indonesia jangka panjang seperti Garis-garis Bersar Haluan Negara (GBHN) di era orde baru, dibawah kepemimpinan Soeharto.
"Dulu ada Pak Harto (Soeharto) selalu bilang gedein aja kuenya nanti kuenya meluncur ke bawah... Semenjak 2002 amandemen kedua dihapuskannya pasal 3 UUD 45 mengenai GBHN. Ada pertanyaan, keluar kenapa dihapus?," kata Tito, saat wawancara eksklusif dengan Tim CNBC Indonesia, Rabu (9/5/2018).
Tito membandingkan, Singapura pada 1993-1994 di era kepemimpinan Lee Kuan Yew berbicara di stasiun TV singapura mengenai 25 tahun Singapura ke depan. "Gue inget kata-katanya karena Singapura negara kecil, tidak ada resources tidak ada pasar kita kelola negara ini seperti mengelola perusahaan, kemudian jadilah Temasek" cerita Tito.
Demikian pula dengan Finlandia yang sebelumnya mengandalkan ekonomi dari pelaut, kemudian bertransformasi dan muncul Nokia yang menyumbang 60% pendapatan, meskipun sekarang sudah ada perubabahan lagi.
Lalu ada juga Costa Rica yang sebelumnya hanya mendalkan pisang sebagai komoditas andalan. Sekarang menjadi tempat penelitian dan pengembangan Intel.
"Jadi mereka tau mau kemana. Kita unfortunately belum ada. Ada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), tapi pernahkan disosialisasikan? Mungkin sudah waktunya kita membuat GBHN bersama yang disosialisasikan," ujar Tito.
"apa kerja prioritynya, apakah infrastruktur yang semacam ini...yang ada priority fokus. Dulu ada Repelita dan Pelita ga berubah, lalu memang ada perubahan struktur di Indonesia".
(hps/hps) Next Article Plafon Rubuh di Gedung Bursa, BEI Aktifkan Pusat Bencana
"Dulu ada Pak Harto (Soeharto) selalu bilang gedein aja kuenya nanti kuenya meluncur ke bawah... Semenjak 2002 amandemen kedua dihapuskannya pasal 3 UUD 45 mengenai GBHN. Ada pertanyaan, keluar kenapa dihapus?," kata Tito, saat wawancara eksklusif dengan Tim CNBC Indonesia, Rabu (9/5/2018).
Tito membandingkan, Singapura pada 1993-1994 di era kepemimpinan Lee Kuan Yew berbicara di stasiun TV singapura mengenai 25 tahun Singapura ke depan. "Gue inget kata-katanya karena Singapura negara kecil, tidak ada resources tidak ada pasar kita kelola negara ini seperti mengelola perusahaan, kemudian jadilah Temasek" cerita Tito.
Lalu ada juga Costa Rica yang sebelumnya hanya mendalkan pisang sebagai komoditas andalan. Sekarang menjadi tempat penelitian dan pengembangan Intel.
"Jadi mereka tau mau kemana. Kita unfortunately belum ada. Ada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), tapi pernahkan disosialisasikan? Mungkin sudah waktunya kita membuat GBHN bersama yang disosialisasikan," ujar Tito.
"apa kerja prioritynya, apakah infrastruktur yang semacam ini...yang ada priority fokus. Dulu ada Repelita dan Pelita ga berubah, lalu memang ada perubahan struktur di Indonesia".
(hps/hps) Next Article Plafon Rubuh di Gedung Bursa, BEI Aktifkan Pusat Bencana
Most Popular