Internasional

Walmart Siap Tantang Amazon dan Tesco Lewat Merger Rp 287 T

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
30 April 2018 17:36
Merger peritel terbesar kedua dan ketiga di Inggris itu akan mengungguli peritel nomor satu, Tesco.
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor makanan ritel Inggris nampaknya akan menghadapi guncangan besar menyusul rencana J Sainsbury dan anak usaha Walmart, Asda, berencana melakukan merger dan menciptakan sebuah raksasa baru di sektor supermarket.

J Sainsbury dan Asda akan menggabungkan diri dengan kesepakatan yang nilainya sekitar 15 miliar poundsterling (US$ 20,67 miliar atau senilai Rp 287,5 triliun) yang dikonfirmasi Senin (30/4/2018) pagi, seperti dilansir dari CNBC International.


Jika disetujui oleh para regulator, usaha gabungan itu akan mengungguli Tesco yang selama ini menjadi peritel terbesar di Inggris dengan 25% pangsa pasar. Pasalnya, dua perusahaan yang bergabung tersebut adalah peritel terbesar kedua dan ketiga di negara itu saat ini. Dengan menilik ukuran kedua perusahaan, para regulator harus menaksir apakah penggabungan itu akan menciptakan gangguan pasar.

"Menurut kami ini adalah kombinasi luar biasa, menciptakan pemain yang sangat dinamis di pasar ritel," kata Kevin O'Byrne, Chief Financial Officer di Sainsbury di acara "Squawk Box Europe" di CNBC.

Kesepakatan besar itu terjadi saat sektor ritel Inggris sedang mengalami penurunan marjin laba akibat persaingan yang ketat dengan supermarket diskon asal Jerman Aldi dan Lidl, termasuk pemain besar seperti raksasa ritel asal Amerika Serikat (AS), Amazon.

Mengapa bergabung?

"Pasar telah berubah sampai tidak bisa dikenali lagi dalam 10 tahun terakhir dan bahkan tiga tahun terakhir, potongan harga naik dua kali lipat, banyak pendatang baru masuk ke pasar yang sebelumnya tidak ada beberapa tahun lalu," kata O'Byrne kepada CNBC International pada hari Senin pagi.

Penggabungan itu akan mempertahankan merek Sainsbury dan Asda. Kedua perusahaan mengatakan Walmart sebagai pengelola Asda akan memiliki 42% modal saham yang diterbitkan dari kombinasi bisnis itu dan tidak akan memegang lebih dari 29,9% dari total hak pemungutan suara.

Mereka juga mengatakan gabungan bisnis itu akan menghasilkan penghematan setidaknya 500 juta poundsterling dan mengarah ke pemotongan harga sekitar 10%.

Harga saham J Sainsbury melesat 20% ketika bursa Eropa dibuka hari Senin pagi.

Menurut Bruno Monteyne, Analis Ritel Makanan Eropa di Bernsetin, "skala tetap jadi faktor terpenting dalam profitabilitas ritel makanan".

Belakangan ini memang terdapat beberapa penggabungan usaha sektor industri makanan di Eropa sebagai upaya untuk berjuang dalam kompetisi ketat dengan perusahaan e-commerce, termasuk Amazon.

"Kekuatan pembelian selalu menjadi pendorong di balik kesepakatan yang belakangan ini terjadi di industri," kata Monteyne dalam sebuah catatan riset hari Senin.

Sainsbury dan Asda sendiri berjuang keras untuk menaikkan pertumbuhan penjualan mereka, yang menitikberatkan pada kemampuan mereka memperoleh harga lebih murah dari pemasok.

Ketika berbicara dengan CNBC, O'Byrne mengakui kesepakatan dilakukan di tengah "perubahan pasar ritel".

"Kami rasa jika Anda tidak berubah, jika Anda tidak berkembang, jika Anda tidak melangkah maju di iklim sekarang ini, maka akan jadi sangat berisiko," katanya.


Penggabungan itu "memungkinkan kami khususnya di pasar online yang sangat kompetitif dan pemotongan harga, untuk memberi nilai yang lebih tinggi untuk konsumen kami, dan itu sangat penting," tambahnya.

Kesepakatan itu saat ini akan dinilai terlebih dahulu oleh otoritas kompetisi Inggris. Bruno Monteyne berkata ia memprediksi proses ini akan memakan waktu sekitar satu tahun sampai disetujui.
(prm) Next Article Targetkan 40% Pertumbuhan, Walmart Dorong Investasi Digital

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular