Perang Dagang AS-China Bikin Saham Raksasa Ecommerce Rontok

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2018 16:11
Panasnya hubungan antara AS dan China dalam hal perdagangan yang berlangsung belakangan ini telah memakan korban
Foto: REUTERS/Aly Song
Jakarta, CNBC Indonesia - Panasnya hubungan antara AS dan China dalam hal perdagangan yang berlangsung dalam dua bulan belakangan ini membuat saham-saham retailer yang melantai di Wall Street yakni Amazon, Walmart, dan Alibaba rontok.

Ini semua dimulai pada tanggal 8 Maret saat Trump menandatangani bea masuk baja dan aluminium masing-masing sebesar 25% dan 10% kepada mitra dagangnya, termasuk China. China tidak tinggal diam dan membalas mengenakan bea masuk bagi 128 produk impor asal AS senilai US$ 3 miliar. Daging babi, buah-buahan, dan pipa besi merupakan produk-produk yang disasar oleh China.

Tak sampai disitu, AS kembali mengumumkan bea masuk bagi senilai US$ 60 miliar barang impor asal China pada 22 Maret. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menghukum China atas praktek-praktek pencurian kekayaan intelektual dari perusahaan AS yang berinvestasi disana.

Kali ini, yang menjadi sasaran Trump adalah produk-produk dari sektor teknologi. China pun kembali membalas pada awal bulan ini dengan mengumumkan bea masuk baru bagi 106 produk asal AS senilai US$ 50 miliar, seperti kedelai, mobil, dan wiski.

Terhitung sejak AS menabuh genderang perang dagang pada 8 Maret lalu sampai dengan penutupan perdagangan kemarin (17/4/2018), saham-saham retailer yang melantai di Wall Street berada dalam tekanan: Amazon turun 2,66%, Alibaba anjlok 5,47%. Sementara itu, saham Walmart masih bisa menguat walaupun tipis saja, yakni sebesar 0,18%.

Perang Dagang Bikin Saham Raksasa Ritel dan Ecommerce RontokFoto: CNBC Indonesia/Anthony Kevin


Konsumsi Masyarakat Jadi Taruhannya
Pelaku pasar takut bahwa jika perang dagang benar-benar terjadi, maka ekonomi kedua negara bisa lumpuh. Ekspor merupakan elemen penting bagi perekonomian China.

Sampai dengan akhir kuartal 3 tahun 2017, ekspor berkontribusi sekitar 18% terhadap total output ekonomi China. Dapat dipastikan bahwa ketika ekspor China tertekan (salah satunya akibat perang dagang), maka pertumbuhan ekonominya juga akan tertekan.

Lebih lanjut, AS merupakan pasar ekspor yang sangat penting bagi China. Pada 9 bulan pertama 2017, total ekspor China ke AS mencapai US$ 310 miliar. Nilai ini setara dengan 19% total ekspor China pada periode tersebut.

Sementara itu, ekspor AS ke China pada 9 bulan pertama 2017 tercatat sebesar US$ 91 miliar atau setara dengan 8% dari total ekspornya pada periode tersebut.

Melemahnya perdagangan antar kedua negara akan berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan upah dari pekerja di masing-masing negara. Jika ini yang terjadi, maka konsumsi akan dikurangi dan penjualan dari para retailer tersebut akan tertekan.

Tak Hanya Perang Dagang
Tak hanya perang dagang, harga saham para retailer juga tertekan oleh langkah Trump yang menuding bahwa Amazon telah merugikan negara dengan membayar pajak yang sangat kecil (atau bahkan tidak sama sekali) kepada pemerintah, serta merugikan Layanan Pos Amerika Serikat (USPS).

Sebagai langkah nyata dari tudingannya ini, belum lama ini Trump resmi memerintahkan pembentukan satuan khusus guna menyelidiki Layanan Pos Amerika Serikat (USPS) dan memberikan rekomendasi atas reformasi yang bisa diambil terhadap USPS.

Pelaku pasar kini dihadapkan kepada sebuah kemungkinan baru: retailer di AS akan dikenakan pajak yang lebih tinggi dan diharuskan membayar biaya yang lebih besar guna menggunakan layanan pos. Akibatnya, lagi-lagi kinerja keuangan yang jadi taruhannya.

(hps) Next Article Investor Gojek Masuk, Saham Raksasa Techno Jepang Ini Terbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular