
Internasional
AS Bisa Cabut Sanksi, Saham Rusal Ditutup Menguat
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
24 April 2018 16:37

Hong Kong, CNBC Indonesia - Saham raksasa aluminium asal Rusia, Rusal, melonjak lebih dari 40% di bursa Hong Kong pada penutupan perdagangan hari Selasa (24/4/2018) menyusul pernyataan Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) yang akan mempertimbangkan pencabutan sanksi bila taipan Oleg Deripaska bersedia melepaskan kendali pada perusahaan tersebut.
Presiden AS Donald Trump pada 6 April lalu mengenakan sanksi pada beberapa perusahaan dan individu yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah terjadi krisis politik akibat insiden peracunan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di Inggris, dilansir dari AFP.
Washington menuduh Deripaska bekerja untuk pemerintah Rusia. Tokoh besar lainnya yang dikenai sanksi, termasuk direktur raksasa energi milik pemerintah Rusia Gazprom, Alexei Miller.
Pengumuman sanksi itu sempat membuat saham Rusal terjungkal dan kehilangan sekitar dua per tiga dari nilainya dalam seminggu setelahnya serta menghapuskan miliaran dolar AS nilai kapitalisasi pasarnya. Investor mencemaskan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya di tengah pengenaan sanksi.
Namun, Kementerian Keuangan AS menyatakan pada hari Senin dapat menarik sanksi itu melalui divestasi dan pelepasan kendali Rusal oleh Oleg Deripaska. Kementerian juga mengatakan akan memberi perusahaan-perusahaan itu lebih banyak waktu untuk menaati sanksi.
Rusal yang sahamnya tercatat di bursa Hong Kong melonjak 43,42% menjadi HK$2,18 (Rp 3,857) per saham.
Segera setelah pernyataan itu disampaikan, harga aluminium di London Metal Exchange (LME) terperosok lebih dari 7% ke level US$ 2.295/ton setelah sebelumnya naik dan menyentuh nilai tertinggi dalam tujuh tahun terakhir menyusul penerapan sanksi tersebut.
Rusal berkontribusi sekitar 7% terhadap produksi aluminium dunia.
(dru) Next Article CEO Glencore Mundur dari Direksi Raksasa Aluminium Rusal
Presiden AS Donald Trump pada 6 April lalu mengenakan sanksi pada beberapa perusahaan dan individu yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah terjadi krisis politik akibat insiden peracunan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di Inggris, dilansir dari AFP.
Washington menuduh Deripaska bekerja untuk pemerintah Rusia. Tokoh besar lainnya yang dikenai sanksi, termasuk direktur raksasa energi milik pemerintah Rusia Gazprom, Alexei Miller.
Namun, Kementerian Keuangan AS menyatakan pada hari Senin dapat menarik sanksi itu melalui divestasi dan pelepasan kendali Rusal oleh Oleg Deripaska. Kementerian juga mengatakan akan memberi perusahaan-perusahaan itu lebih banyak waktu untuk menaati sanksi.
Rusal yang sahamnya tercatat di bursa Hong Kong melonjak 43,42% menjadi HK$2,18 (Rp 3,857) per saham.
Segera setelah pernyataan itu disampaikan, harga aluminium di London Metal Exchange (LME) terperosok lebih dari 7% ke level US$ 2.295/ton setelah sebelumnya naik dan menyentuh nilai tertinggi dalam tujuh tahun terakhir menyusul penerapan sanksi tersebut.
Rusal berkontribusi sekitar 7% terhadap produksi aluminium dunia.
(dru) Next Article CEO Glencore Mundur dari Direksi Raksasa Aluminium Rusal
Most Popular