Sanksi Rusal Bisa Dicabut, Harga Aluminium Anjlok 7%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2018 10:43
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga aluminium kontrak berjangka di London Metal Exchange (LME) anjlok hingga 7% pada perdagangan kemarin (23/4/2018) ke level US$ 2.295/ton. Anjloknya harga aluminium dipicu oleh kemungkinan dicabutnya sanksi terhadap Rusal oleh pemerintah AS. Sebagai catatan, Rusal merupakan salah satu produsen aluminium terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 6% dari produksi aluminium global.
Seperti yang diketahui sebelumnya, Kementerian Keuangan AS membekukan aset milik perusahaan yang berada dalam ranah AS, serta melarang perusahaan untuk melakukan bisnis dalam satuan dolar AS yang meruapakan mata uang utama dalam pasar komoditas dunia. Lantas, Rusal seakan 'ditendang' dari pasar yang dulu dirajainya.
Sanksi kepada Rusal diambil atas tuduhan bahwa Oleg Deripaksa (pemilik perusahaan) telah mengancam kelangsungan bisnis para kompetitornya, menyuap pejabat pemerintah, dan memiliki keterkaitan dengan tindak pidana kejahatan.
Seiring dengan permintaan Rusal untuk dihapuskan dari daftar penerima sanksi yang juga menyasar 6 pebisnis asal Rusia lainnya, pemerintah AS pun kini membuka opsi tersebut.
"Rusal telah merasakan dampak dari sanksi yang diberikan oleh AS karena keterlibatannya dengan Oleg Deripaska (pemilik perusahaan), namun AS tidak menargetkan para pekerja keras yang bergantung pada Rusal dan anak usahanya," tegas Steve Mnuchin.
Sejak sanksi tersebut diumumkan pada 6 April sampai dengan penutupan perdagangan hari Jumat lalu (20/4/2018), harga aluminium telah meroket hinggga 22,9%.
Jika sanksi bagi Rusal benar dicabut nantinya, bisa dipastikan bahwa pasokan aluminium dunia tak akan terganggu, menghapus kekhawatiran pelaku pasar yang sudah membuat harga aluminium meroket dalam beberapa waktu terakhir.
(ank/ank) Next Article CEO Glencore Mundur dari Direksi Raksasa Aluminium Rusal
Seperti yang diketahui sebelumnya, Kementerian Keuangan AS membekukan aset milik perusahaan yang berada dalam ranah AS, serta melarang perusahaan untuk melakukan bisnis dalam satuan dolar AS yang meruapakan mata uang utama dalam pasar komoditas dunia. Lantas, Rusal seakan 'ditendang' dari pasar yang dulu dirajainya.
Sanksi kepada Rusal diambil atas tuduhan bahwa Oleg Deripaksa (pemilik perusahaan) telah mengancam kelangsungan bisnis para kompetitornya, menyuap pejabat pemerintah, dan memiliki keterkaitan dengan tindak pidana kejahatan.
"Rusal telah merasakan dampak dari sanksi yang diberikan oleh AS karena keterlibatannya dengan Oleg Deripaska (pemilik perusahaan), namun AS tidak menargetkan para pekerja keras yang bergantung pada Rusal dan anak usahanya," tegas Steve Mnuchin.
Sejak sanksi tersebut diumumkan pada 6 April sampai dengan penutupan perdagangan hari Jumat lalu (20/4/2018), harga aluminium telah meroket hinggga 22,9%.
Jika sanksi bagi Rusal benar dicabut nantinya, bisa dipastikan bahwa pasokan aluminium dunia tak akan terganggu, menghapus kekhawatiran pelaku pasar yang sudah membuat harga aluminium meroket dalam beberapa waktu terakhir.
(ank/ank) Next Article CEO Glencore Mundur dari Direksi Raksasa Aluminium Rusal
Most Popular