Internasional

Tweet Trump Buat Harga Minyak Jatuh

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
20 April 2018 20:16
Presiden AS Donald Trump mengatakan harga minyak yang tinggi saat ini dibuat-buat.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengritik Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) atas tindakan pengurangan produksi minyak yang membuat harga minyak dunia melonjak tajam.

Ia menyebut langkah tersebut tidak dapat diterima di saat harga minyak dunia mencatatkan penguatan dalam dua minggu terakhir.


"Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan jumlah produksi minyak yang mencapai rekor di mana-mana, termasuk kapal-kapal penuh minyak di lautan, harga minyak yang sangat tinggi saat ini dibuat-buat! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima," tulis Trump di akun media sosial, Twitter-nya.

Pejabat Gedung Putih belum dapat dimintai keterangan mengenai tindakan apa yang hendak diambil pemerintah terkait harga minyak maupun OPEC, dilansir dari Reuters.
Tweet Trump Bawa Jatuh Harga MinyakFoto: Twitter
Setelah Trump berkicau, harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) langsung anjlok.

WTI turun 44 sen dolar AS atau 0,64% menjadi US$67,89 per barel setelah sempat anjlok hingga 60 sen. Harga minyak Brent juga turun tajam 54 sen atau 0,73% menjadi US$73,24 per barel.

Kedua harga minyak acuan tersebut sebelumnya menyentuh nilai tertingginya dalam lebih dari tiga tahun terakhir minggu ini disebabkan menurunnya persediaan minyak mentah AS, memanasnya kondisi politik di Timur Tengah, dan kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak dari negara-negara eksportir utama, dilansir dari CNBC International.

Belum jelas mengenai penyebab Trump mencuitkan hal tersebut namun Reuters sebelumnya melaporkan Arab Saudi menginginkan harga minyak mencapai lebih dari US$80 per barel untuk mendukung penawaran perdana saham (IPO) perusahaan minyak milik pemerintah Arab, Saudi Aramco.

Sebelumnya, Arab mengatakan berharap bisa membawa Rusia ke dalam kelompok raksasa minyak global baru untuk meneruskan kondisi pasar yang stabil saat ini dan membuat peran OPEC dipertanyakan, kata para analis yang dilaporkan AFP.


Perserikatan baru yang dipelopori oleh Riyadh dan Moskow itu diprediksi akan lebih besar daripada kartel minyak OPEC yang beranggotakan 14 negara. Organisasi itu telah mendominasi pasar energi global selama enam dekade.

Pada bulan Januari, Arab Saudi sebagai tokoh OPEC mengemukakan gagasan untuk memperluas perjanjian kerja sama yang diselenggarakan tahun 2016 oleh 24 produsen OPEC dan non-OPEC dalam memangkas produksi dan mempertahankan harga.
(ray) Next Article Produksi AS Meningkat, Harga Minyak Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular