
Investor Asing Jadi Penyelamat Obligasi Negara
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 March 2018 15:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara terus bergerak turun. Untuk perkembangan positif ini, Indonesia sepertinya layak berterima kasih kepada investor asing.
Pada Rabu (29/3/2018) pukul 13:30 WIB, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun tercatat di 6,781%. Hari sebelumnya, yield instrumen ini masih di 6,901%.
Harga instrumen ini pun terus naik sehingga menarik yield ke bawah. Saat ini harga SBN 10 tahun ada di 92,25%, sedangkan kemarin masih di 94,4%.
Kenaikan harga SBN merupakan dampak dari tingginya minat investor. Melihat data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, minat investor memang masih kencang.
Dari data yang tersedia sampai 26 Maret, berikut perkembangan kepemilikan SBN berdasarkan jenis investor dalam sepekan ke belakang:
Investor asing, yang biasanya mudah keluar-masuk dan menyebabkan tekanan di pasar SBN, kali ini justru menjadi penyelamat. Investor asing menambah kepemilikannya di SBN sebanyak 0,98%. Porsinya yang besar membuat pertumbuhan kepemilikan investor asing mendorong pasar SBN secara keseluruhan.
Sementara investor yang justru melepas kepemilikannya justru perbankan. Dalam sepekan terakhir, kepemilikan SBN oleh perbankan turun 3,78%. Penurunan likuiditas perbankan menyebabkan kebutuhan kas meningkat. Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun kredit masih tumbuh melambat sehingga bank mungkin perlu melepas SBN untuk memperoleh dana segar.
Meski kini investor asing menjadi penyelamat, apakah mereka bisa diharapkan? Sepertinya agak sulit, karena perekonomian dunia masih penuh ketidakpastian.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/TheFed sudah menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuan pekan lalu, dan diperkirakan ada dua kali kenaikan lagi sepanjang 2018. Namun, peluang untuk kenaikan empat kali masih terbuka.
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Pada Rabu (29/3/2018) pukul 13:30 WIB, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun tercatat di 6,781%. Hari sebelumnya, yield instrumen ini masih di 6,901%.
![]() |
Dari data yang tersedia sampai 26 Maret, berikut perkembangan kepemilikan SBN berdasarkan jenis investor dalam sepekan ke belakang:
![]() |
Sementara investor yang justru melepas kepemilikannya justru perbankan. Dalam sepekan terakhir, kepemilikan SBN oleh perbankan turun 3,78%. Penurunan likuiditas perbankan menyebabkan kebutuhan kas meningkat. Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun kredit masih tumbuh melambat sehingga bank mungkin perlu melepas SBN untuk memperoleh dana segar.
Meski kini investor asing menjadi penyelamat, apakah mereka bisa diharapkan? Sepertinya agak sulit, karena perekonomian dunia masih penuh ketidakpastian.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/TheFed sudah menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuan pekan lalu, dan diperkirakan ada dua kali kenaikan lagi sepanjang 2018. Namun, peluang untuk kenaikan empat kali masih terbuka.
"Penyesuaian FFR (Federal Funds Rate) sampai tiga kali. Maret, Juni, dan Desember. Namun kami melihat kemungkinan ada keempat." kata Agus DW Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI).
Kenaikan FFR tiga kali selama 2018 sudah masuk dalam perhitungan pelaku pasar, sehingga dampaknya akan minimal. Namun bila sampai ada kenaikan yang keempat, itu belum ada dalam kalkulasi banyak pelaku pasar. Artinya akan ada guncangan di pasar karena muncul ketidakpastian baru.
Ketika ada ketidakpastian, dan itu besar, biasanya investor asing langsung mencari selamat masing-masing. Mereka akan mencari instrumen yang dianggap aman (safe haven) seperti emas atau mata uang yen Jepang.
Dalam situasi seperti ini, pasar keuangan negara-negara berkembang akan cenderung ditinggalkan, termasuk SBN. Apabila itu terjadi, maka investor asing bukan lagi penyelamat tetapi menjadi biang kerok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Kenaikan FFR tiga kali selama 2018 sudah masuk dalam perhitungan pelaku pasar, sehingga dampaknya akan minimal. Namun bila sampai ada kenaikan yang keempat, itu belum ada dalam kalkulasi banyak pelaku pasar. Artinya akan ada guncangan di pasar karena muncul ketidakpastian baru.
Ketika ada ketidakpastian, dan itu besar, biasanya investor asing langsung mencari selamat masing-masing. Mereka akan mencari instrumen yang dianggap aman (safe haven) seperti emas atau mata uang yen Jepang.
Dalam situasi seperti ini, pasar keuangan negara-negara berkembang akan cenderung ditinggalkan, termasuk SBN. Apabila itu terjadi, maka investor asing bukan lagi penyelamat tetapi menjadi biang kerok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular