IHSG Dibuka Terkoreksi, Dipicu Pelemahan Saham Bank

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 March 2018 09:10
Pasar saham domestik tampaknya masih butuh lebih banyak sentimen positif agar pasar saham bergairah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini dibuka terkoreksi 1,03% ke level 6.145,97
sejalan dengan bursa utama bursa Asia. Pasar saham domestik tampaknya masih butuh lebih banyak sentimen positif agar pasar saham bergairah.

Koreksi IHSG pagi ini diorong oleh pelemahan saham-saham dari sub sektor perbankan. Saham BMRI terkoreksi 1,88%, BBRI turun 0,56%, saham BBCA turun 0,43%, dan saham BBNI turun 3,26%.

Sementara itu, bursa saham utama Asia pagi ini semua berada di zona merah. Indeks Nikkei 225 turun 2,05%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,02%, indeks Kospi turun 1,57%, indeks Shanghai Composite turun 0,97% dan indeks Strait Times turun 0,97%.

Pada perdaganagn dini hari tadi, bursa Wall Street mengalami koreksi yang cukup dalam setelah kemarin menguat signifikan. Dow Jones Industrial Average turun 1,43%, S&P 500 melemah 1,73%, dan Nasdaq berkurang 2,93%.

Wall Street tertekan isu domestik, yaitu aksi jual terhadap saham-saham teknologi seiring rencana pemerintah yang ingin mengerem pertumbuhan mereka yang begitu kencang. Selain itu, kasus kebocoran data Facebook masih terngiang di benak investor. CNN melaporkan bahwa CEO Facebook Mark Zuckerberg akan mengaku bersalah di depan Kongres AS terkait kebocoran data kepada Cambridge Analytica.

Saham Microsoft melemah 4,6%, sementara Cisco Systems turun 3,13%, saham Apple melemah 2,56%, Intel terkoreksi 2,46%, saham Facebook turun 4,9% ke U$ 152,22 dan turun nyaris 15% selama bulan ini.

Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah sentimen negatif yang bisa membawa IHSG kembali ke zona merah. Pertama tentunya koreksi di Wall Street dan pasar saham Asia.

Kedua, harga minyak juga sepertinya belum kondusif bagi IHSG. Setelah pekan lalu menguat tajam, kini harga minyak mulai terkoreksi. Aksi ambil untung membuat harga si emas hitam turun.

Selain itu, pemberat harga minyak datang dari laporan American Petroleum Institute yang melaporkan bahwa cadangan minyak Negeri Paman Sam meningkat 5,3 juta barel selama sepekan hingga 23 Maret ke 430,6 juta barel. Padahal menurut konsensus pasar, cadangan minyak AS diperkirakan  turun 287.000 barel. Data resmi dari US Energy Information Administration akan dirilis pada hari ini pukul 21.30.

Ketiga, perkembangan dolar AS pun sepertinya kurang suportif buat IHSG. Setelah terkoreksi, greenback mulai menguat kembali meski masih terbatas. Kekhawatiran perang dagang yang mereda menjadi energi positif bagi dolar AS.

Penguatan dolar AS bisa berimbas ke depresiasi rupiah. Ini bukan kabar baik bagi IHSG.

Sementara sentimen positif yang bisa membuat IHSG tetap di jalur hijau yang pertama adalah aksi beli yang bisa berlanjut. IHSG masih membukukan koreksi 2,3% sejak awal tahun, sehingga harga aset masih relatif murah dan siap diborong.

Saat ini, IHSG minus 2,3% secara year to date, peluang ambil untung tetap harus diwaspadai. Sebab, valuasi IHSG masih tergolong mahal dibandingkan bursa saham kawasan.

Saat ini Price to Earnings Ratio IHSG ada di angka 17,48 kali. Lebih tinggi ketimbang Straits Times (11,31 kali), KLCI (18,81 kali), SeTi (17,06 kali), Nikkei 225 (15,39 kali), Hang Seng (12,65 kali), SSEC (14,23 kali), sampai Kospi (12,1 kali). Oleh karena itu, peluang koreksi terhadap IHSG masih terbuka. 

Hari ini, investor juga patut mencermati perkembangan uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI. Perry Warjiyo, sang calon tunggal BI-1, akan menjalani ujian di Komisi XI DPR. Rencananya keputusan terhadap calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI akan keluar pada hari ini.

Menarik untuk disimak bagaimana arah kebijakan BI ke depan, bila Perry terpilih sebagai gubernur yang baru menggantikan Agus DW Martowardojo. Selama ini, Perry dikenal sebagai seorang moneteris yang pro pertumbuhan ekonomi.


Ketika Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2018, Perry menyatakan boleh saja sikap (stance) kebijakan moneter BI tetap netral. Namun BI tetap berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial, dengan stance yang masih akomodatif. 

Perry juga sering menegaskan, sektor keuangan harus mendukung sektor riil, jangan sampai satu meninggalkan yang lain. Oleh karena itu, dia berharap penyaluran kredit bisa meningkat dan bunganya diturunkan. 

Pelaku pasar tentu menantikan arah kebijakan BI ke depan, karena bank sentral benar-benar memainkan perannya tahun ini. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Bank Sentral Inggris (BoE), dan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) sudah bicara soal kebijakan moneter ketat. Begitu pula di Asia, di mana Bank Sentral China (PBoC), Bank Sentral Korsel (BoK), dan Bank Sentral Malaysia (BNM) telah menaikkan suku bunga acuan.
(hps) Next Article IHSG Dibuka Turun 0,51%, Masih Terpengaruh Perang Dagang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular