IHSG Dibuka Turun 0,51%, Masih Terpengaruh Perang Dagang

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 March 2018 09:04
Koreksi IHSG dipicu oleh pelemahan bursa saham Asia yang anjlok karena sentimen negatif perang dagang.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka terkoreksi 0,51% ke 6.178,72 poin pada perdagangan pagi ini. Koreksi IHSG dipicu oleh pelemahan bursa saham Asia yang anjlok karena sentimen negatif perang dagang.

Saham-saham yang menjadi pendorong pelemahan IHSG antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesiat Tbk (BBRI) turun 0,83%, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun 0,27% dan saham PT Astra International Tbk (ASII) turun 1,37%.

Bursa saham Asia pada pagi ini masih ditransaksikan terkoreksi. Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,90%, indeks Hang Seng turun 2,45%, indeks Kospi menguat 0,16% dan indeks Strait Times terkoreksi 0,76%.

Pasar Asia pagi masih fokus pada aksi balasan yang dilakukan Pemerintah China terhadap kebijakan AS terkait perang dagang, dengan membuat daftar 128 produk yang bea impor sebesar US$ 3 miliar. Sebelumnya Pemerintahan Trump mengeluarkan kebijakan pengenaan bea impor AS terhadap China sebesar US$ 60 miliar.

Kebijakan dagang AS terhadap China tersebut, melanjutkan kebijakan sebelumnyyang mengenakan tarif pajak bagi produk baja dan aluminium yang masuk ke AS membuat pasar merespons negatif, kebijakan proteksionisme Trump tersebut.

Sentimen perang dagang juga membuat investor meninggalkan Wall Street. Pada akhir pekan lalu, tiga indeks utama di Wall Street masih terkoreksi lumayan dalam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,77%, S&P 500 melemah 2,1%, dan Nasdaq berkurang 2,43%.   

Perdagangan hari ini, akan dipenguruhi sejumlah sentimen. Pertama, koreksi masif di pasar saham Asia bisa menjadi pemicu IHSG ikut masuk ke zona merah hari ini.  

Kedua, kekhawatiran perang dagang belum usai. China memang sudah merilis 128 produk AS yang akan dipersulit untuk masuk, tetapi diyakini itu bukan yang terakhir.

Sepertinya daftar produk AS yang menjadi korban balas dendam akan bertambah. 

Selama aksi saling balas ini terjadi, aura perdagangan dan perekonomian global masih akan negatif. Imbasnya tentu ke pasar keuangan, termasuk pasar modal. 


Ketiga, dalam kondisi seperti ini pelaku pasar akan enggan bermain-main dengan aset yang berisiko seperti saham. Investor akan mencari selamat masing-masing dengan menempatkan dana di instrumen yang dianggap aman seperti komoditas, obligasi pemerintah AS, atau mata uang yen Jepang (ini yang membuat nilai tukar yen cenderung menguat). 

Keempat, meski sudah terkoreksi cukup dalam tetapi ruang ambil untung (profit taking) di bursa saham Indonesia masih terbuka. IHSG saat ini memiliki Price to Earnings Ratio (P/E) 17,47 kali.  

Kelima, harga minyak naik tetapi harga komoditas lain justru terkoreksi. Komoditas yang harganya turun adalah logam industrial seperti timah, tembaga, atau nikel. Hal ini sebagai respons terhadap perang dagang yang bisa menganggu produksi industri manufaktur dan rantai pasok global (global value chain). 

Selain itu, dari awal Tahuan IHSG sudah terkoreksi 5,86% dan sejak awal tahun pelemahannya adalah 2,28%. Ini membuat harga saham di bursa domestik menjadi lebih atraktif. 

Harga minyak juga bisa diharapkan menjadi pendorong laju IHSG, jika reli yang sudah terjadi sejak pekan lalu masih berlanjut. Kenaikan harga komoditas seperti minyak diharapkan mampu mengangkat persepsi terhadap emiten migas dan pertambangan. Sebagai informasi saja, kini harga minyak jenis brent sudah menyentuh US$ 70/barel. 

Perkembangan dolar AS juga bisa menjadi kontributor penguatan IHSG. Setelah sempat perkasa, greenback bergerak melemah dalam sepekan terakhir. Investor 'menghukum' dolar AS karena agak kecewa dengan hasil pertemuan The Fed yang ambigu. Ketidakjelasan arah kebijakan The Fed membuat investor memilih instrumen lain seperti obligasi atau emas ketimbang dolar AS. 

Ketika dolar bergerak melemah terhadap mata uang global, maka rupiah berpeluang untuk terapresiasi. Ini bisa menjadi kabar baik bagi IHSG. 

Hari ini, sejumlah emiten juga akan memaparkan kinerja seperti BSWD,WIKA, dan IBFN. Jika ada kabar baik, maka bisa menjadi sentimen positif buat IHSG.

Minimnya sentimen di dalam negeri menyebabkan pergerakan pasar menjadi terbatas karena mengandalkan sentimen eksternal. Mungkin sentimen berikutnya yang bisa menjadi katalis besar adalah kenaikan peringkat atau rating Indonesia.

Lembaga pemeringkat yang berpotensi menaikkan rating Indonesia adalah Moody's karena Fitch Ratings baru mempromosikan Indonesia pada akhir tahun lalu, dan Standard and Poor's (S&P) terkenal konservatif. Ketika rating Indonesia ditambah, maka akan menjadi dorongan positif yang signifikan dan sepertinya bisa meredam berbagai kabar tidak sedap dari luar.
(hps) Next Article IHSG Mulai Bertenaga, Setelah Perang Dagang Sedikit Reda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular