Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya memutus rantai koreksi dengan penguatan pada perdagangan kemarin. Hari ini, pelaku pasar layak menyimak perkembangan uji kepatutan dan kelayakan calon Gubernur dan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI).
Dari Wall Street, tiga indeks utama lagi-lagi mengalami koreksi yang cukup dalam setelah kemarin menguat signifikan. Dow Jones Industrial Average turun 1,43%, S&P 500 melemah 1,73%, dan Nasdaq berkurang 2,93%.
Wall Street tertekan oleh isu domestik, yaitu aksi jual terhadap saham-saham teknologi seiring rencana pemerintah yang ingin mengerem pertumbuhan mereka yang begitu kencang. Selain itu, kasus kebocoran data Facebook masih terngiang di benak investor. CNN melaporkan bahwa CEO Facebook Mark Zuckerberg akan mengaku bersalah di depan Kongres AS terkait kebocoran data kepada Cambridge Analytica.
Saham Microsoft melemah 4,6%, sementara Cisco Systems turun 3,13%. Tidak hanya mereka, saham Apple juga melemah 2,56% dan Intel terkoreksi 2,46%.
Selain itu, sebenarnya perang dagang juga belum sepenuhnya terselesaikan. AS dan China memang bernegosiasi tetapi belum ada kesepakatan yang diraih. Jika salah satu pihak merasa tidak puas, bukan tidak mungkin mereka kembali memasang sikap protektif.
Situasi geopolitik global juga sebenarnya kurang kondusif. Lebih dari 100 diplomat asal Rusia diusir oleh AS, Kanada, Ukraina, dan negara-negara Uni Eropa terkait dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam pembunuhan mantan mata-matanya di Inggris dengan menggunakan racun.
Sementara di Spanyol, kondisi politik juga masih panas setelah kepolisian wilayah Jerman menahan mantan Presiden Katalunya, Carles Puigdemont. Penangkapan ini sesuai surat perintah yang dikeluarkan Pengadilan Tinggi Spanyol. Tidak hanya Puidgemont, surat perintah penangkapan juga diterbitkan untuk 12 orang lainnya dengan dakwaan pemberontakan atas keterlibatan mereka dalam upaya percobaan kemerdekaan Katalunya pada tahun lalu.
Investor ikut dibuat bingung oleh kabar kunjungan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un Ke China. Walaupun kebenaran dari berita tersebut belum dapat dipastikan, tetapi investor mulai bertanya-tanya tentang maksud dan tujuan kunjungan tersebut. Pasalnya, Kim Jong-Un belum pernah mengunjungi pimpinan negara lainnya semenjak menjabat pada 2011 silam. Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah sentimen negatif yang bisa membawa IHSG kembali ke zona merah. Pertama tentunya koreksi di Wall Street. Meski koreksi tersebut disebabkan faktor internal, tetapi tetap bisa membuat investor di Asia grogi dan ikut melakukan aksi jual.
Kedua, harga minyak juga sepertinya belum kondusif bagi IHSG. Setelah pekan lalu menguat tajam, kini harga minyak mulai terkoreksi. Aksi ambil untung membuat harga si emas hitam turun.
Selain itu, pemberat harga minyak datang dari laporan American Petroleum Institute yang melaporkan bahwa cadangan minyak Negeri Paman Sam meningkat 5,3 juta barel selama sepekan hingga 23 Maret ke 430,6 juta barel. Padahal menurut konsensus pasar, cadangan minyak AS diperkirakan turun 287.000 barel. Data resmi dari US Energy Information Administration akan dirilis pada hari ini pukul 21.30.Ketiga, perkembangan dolar AS pun sepertinya kurang suportif buat IHSG. Setelah terkoreksi, greenback mulai menguat kembali meski masih terbatas. Kekhawatiran perang dagang yang mereda menjadi energi positif bagi dolar AS.
Penguatan dolar AS bisa berimbas ke depresiasi rupiah. Ini bukan kabar baik bagi IHSG.
Sementara sentimen positif yang bisa membuat IHSG tetap di jalur hijau yang pertama adalah aksi beli yang bisa berlanjut. IHSG masih membukukan koreksi 2,3% sejak awal tahun, sehingga harga aset masih relatif murah dan siap diborong.
Namun meski IHSG minus 2,3% secara
year to date, peluang ambil untung tetap harus diwaspadai. Sebab, valuasi IHSG masih tergolong mahal dibandingkan bursa saham kawasan.
Saat ini Price to Earnings Ratio IHSG ada di angka 17,48 kali. Lebih tinggi ketimbang Straits Times (11,31 kali), KLCI (18,81 kali), SeTi (17,06 kali), Nikkei 225 (15,39 kali), Hang Seng (12,65 kali), SSEC (14,23 kali), sampai Kospi (12,1 kali). Oleh karena itu, peluang koreksi terhadap IHSG masih terbuka.
Hari ini, investor juga patut mencermati perkembangan uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI. Perry Warjiyo, sang calon tunggal BI-1, akan menjalani ujian di Komisi XI DPR. Rencananya keputusan terhadap calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI akan keluar pada hari ini.
Menarik untuk disimak bagaimana arah kebijakan BI ke depan, bila Perry terpilih sebagai gubernur yang baru menggantikan Agus DW Martowardojo. Selama ini, Perry dikenal sebagai seorang moneteris yang pro pertumbuhan ekonomi. K
etika Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2018, Perry menyatakan boleh saja sikap (stance) kebijakan moneter BI tetap netral. Namun BI tetap berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial, dengan stance yang masih akomodatif.
"Kalau kebijakan moneter, suku bunga, kata-katanya adalah cukup memadai. Tapi kalau makroprudensial, kita pelonggaran. Menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan ditempuh dan bisa dilakukan secara lebih optimal," tegasnya kala itu.
Perry juga sering menegaskan, sektor keuangan harus mendukung sektor riil, jangan sampai satu meninggalkan yang lain. Oleh karena itu, dia berharap penyaluran kredit bisa meningkat dan bunganya diturunkan.
"Akankah suku bunga kredit masih turun? Kita yakini masih. Caranya meningkatkan efisiensi dan pendapatan bank yang lain-lain selain bunga. Masih ada room untuk menurunkan suku bunga kedit," sebutnya dalam kesempatan yang sama.
Pelaku pasar tentu menantikan arah kebijakan BI ke depan, karena bank sentral benar-benar memainkan perannya tahun ini. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Bank Sentral Inggris (BoE), dan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) sudah bicara soal kebijakan moneter ketat. Begitu pula di Asia, di mana Bank Sentral China (PBoC), Bank Sentral Korsel (BoK), dan Bank Sentral Malaysia (BNM) telah menaikkan suku bunga acuan.
Bagaimana arah kebijakan BI bila Perry menjadi nakhoda? Patut ditunggu... Berikut peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- RUPS Tahunan DGIK (09:00 WIB).
- RUPS Tahunan ARNA (10:00 WIB).
- RUPS Tahunan HEXA (10:00 WIB).
- RUPSLB DWGL (10:00 WIB).
- Uji kepatutan dan kelayakan calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI oleh Komisi XI DPR (10:00 WIB).
- Rilis pembacaan akhir data pertumbuhan ekonomi AS (19:30).
- R
ilis data cadangan minyak AS (21:30).
Berikut perkembangan bursa utama dunia:
Indeks | Close | % Change | % YTD |
IHSG | 6,209.35 | 0.15 | (2.30) |
LQ45 | 1,015.84 | 0.15 | (5.89) |
Dow Jones | 23,857.71 | (1.43) | (3.49) |
CSI300 | 3,913.42 | 0.86 | (2.91) |
Hang Seng | 30,790.83 | 0.79 | 2.91 |
NIKKEI | 21,317.32 | 2.65 | (6.36) |
Strait Times | 3,439.35 | 0.79 | 1.07 |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
USD/IDR | 13,708.00 | (0.49) | 3.48 |
EUR/USD | 1.24 | (0.29) | 14.74 |
GBP/USD | 1.42 | (0.34) | 13.89 |
USD/CHF | 0.95 | 0.08 | (4.66) |
USD/CAD | 1.29 | 0.34 | (3.76) |
USD/JPY | 105.38 | (0.02) | (5.17) |
AUD/USD | 0.78 | (0.89) | 0.57 |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Komoditas | Close | % Change | % YoY |
Minyak WTI (USD/barel) | 64.86 | (1.21) | 34.08 |
Minyak Brent (USD/barel) | 69.67 | (0.66) | 35.69 |
Emas (USD/troy ons) | 1,344.36 | (0.67) | 7.43
|
CPO (MYR/ton) | 2,400.00 | (0.21) | (16.05) |
Batu bara (USD/ton) | 89.97 | 0.27 | 11.42 |
Tembaga (USD/pound) | 2.99 | 0.95 | 12.59 |
Nikel (USD/ton) | 12,903.50 | 0.01 | 29.97 |
Timah (USD/ton) | 20,860.00 | 0.41 | 4.12 |
Karet (JPY/kg) | 179.50 | 7.49 | (31.20) |
Kakao (USD/ton) | 2,567.00 | (2.36) | 19.96 |
Berikut perkembangan imbal hasil (
yield) Surat Berharga Negara:
Tenor | Yield (%) |
5Y | 5.99 |
10Y | 6.82 |
15Y | 7.01 |
20Y | 7.43 |
30Y | 7.46 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Kurs (27 Maret 2018) | Rp 13.708/US$ |
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY) | 5,07% |
Inflasi (Februari 2018 YoY) | 3,18% |
Defisit anggaran (APBN 2018) | -2,19% PDB |
Transaksi berjalan (2017) | -1,7% PDB |
Neraca pembayaran (2017) | US$ 11,6 miliar |
Cadangan devisa (Februari 2017) | US$ 128,06 miliar |