Newsletter

Menanti Nakhoda Baru BI

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
28 March 2018 06:42
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah sentimen negatif yang bisa membawa IHSG kembali ke zona merah. Pertama tentunya koreksi di Wall Street. Meski koreksi tersebut disebabkan faktor internal, tetapi tetap bisa membuat investor di Asia grogi dan ikut melakukan aksi jual.

Kedua, harga minyak juga sepertinya belum kondusif bagi IHSG. Setelah pekan lalu menguat tajam, kini harga minyak mulai terkoreksi. Aksi ambil untung membuat harga si emas hitam turun.

Selain itu, pemberat harga minyak datang dari laporan American Petroleum Institute yang melaporkan bahwa cadangan minyak Negeri Paman Sam meningkat 5,3 juta barel selama sepekan hingga 23 Maret ke 430,6 juta barel. Padahal menurut konsensus pasar, cadangan minyak AS diperkirakan  turun 287.000 barel. Data resmi dari US Energy Information Administration akan dirilis pada hari ini pukul 21.30.

Ketiga, perkembangan dolar AS pun sepertinya kurang suportif buat IHSG. Setelah terkoreksi, greenback mulai menguat kembali meski masih terbatas. Kekhawatiran perang dagang yang mereda menjadi energi positif bagi dolar AS.

Penguatan dolar AS bisa berimbas ke depresiasi rupiah. Ini bukan kabar baik bagi IHSG.

Sementara sentimen positif yang bisa membuat IHSG tetap di jalur hijau yang pertama adalah aksi beli yang bisa berlanjut. IHSG masih membukukan koreksi 2,3% sejak awal tahun, sehingga harga aset masih relatif murah dan siap diborong.

Namun meski IHSG minus 2,3% secara year to date, peluang ambil untung tetap harus diwaspadai. Sebab, valuasi IHSG masih tergolong mahal dibandingkan bursa saham kawasan.

Saat ini Price to Earnings Ratio IHSG ada di angka 17,48 kali. Lebih tinggi ketimbang Straits Times (11,31 kali), KLCI (18,81 kali), SeTi (17,06 kali), Nikkei 225 (15,39 kali), Hang Seng (12,65 kali), SSEC (14,23 kali), sampai Kospi (12,1 kali). Oleh karena itu, peluang koreksi terhadap IHSG masih terbuka. 

Hari ini, investor juga patut mencermati perkembangan uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI. Perry Warjiyo, sang calon tunggal BI-1, akan menjalani ujian di Komisi XI DPR. Rencananya keputusan terhadap calon Gubernur dan Deputi Gubernur BI akan keluar pada hari ini.

Menarik untuk disimak bagaimana arah kebijakan BI ke depan, bila Perry terpilih sebagai gubernur yang baru menggantikan Agus DW Martowardojo. Selama ini, Perry dikenal sebagai seorang moneteris yang pro pertumbuhan ekonomi. Ketika Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2018, Perry menyatakan boleh saja sikap (stance) kebijakan moneter BI tetap netral. Namun BI tetap berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial, dengan stance yang masih akomodatif. 

"Kalau kebijakan moneter, suku bunga, kata-katanya adalah cukup memadai. Tapi kalau makroprudensial, kita pelonggaran. Menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan ditempuh dan bisa dilakukan secara lebih optimal," tegasnya kala itu. 

Perry juga sering menegaskan, sektor keuangan harus mendukung sektor riil, jangan sampai satu meninggalkan yang lain. Oleh karena itu, dia berharap penyaluran kredit bisa meningkat dan bunganya diturunkan. 

"Akankah suku bunga kredit masih turun? Kita yakini masih. Caranya meningkatkan efisiensi dan pendapatan bank yang lain-lain selain bunga. Masih ada room untuk menurunkan suku bunga kedit," sebutnya dalam kesempatan yang sama. 

Pelaku pasar tentu menantikan arah kebijakan BI ke depan, karena bank sentral benar-benar memainkan perannya tahun ini. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Bank Sentral Inggris (BoE), dan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) sudah bicara soal kebijakan moneter ketat. Begitu pula di Asia, di mana Bank Sentral China (PBoC), Bank Sentral Korsel (BoK), dan Bank Sentral Malaysia (BNM) telah menaikkan suku bunga acuan.

Bagaimana arah kebijakan BI bila Perry menjadi nakhoda? Patut ditunggu... (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular