
Pemerintah Lelang Surat Utang Pekan Depan, Target Rp 17 T
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2018 15:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana melelang lima seri obligasi negara pekan depan. Sepertinya pekan depan merupakan momentum yang tepat, karena sentimen kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) sudah mereda.
Mengutip keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, berikut obligasi yang akan dilelang pada 27 Maret mendatang:
Minat investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia sedang lumayan bagus. Terlihat dari lelang pada 13 Maret lalu, di mana penawaran yang masuk mencapai Rp 46,47 triliun. Lebih tinggi dibanding lelang-lelang sebelumnya, meski belum setinggi pada awal tahun.
Tingginya minat investor terlihat dari imbal hasil (yield) yang cenderung turun. Sejak pertengahan Maret, yield Surat Berharga Negara (SBN) acuan tenor 10 tahun bergerak ke bawah setelah sempat mencapai puncaknya yaitu 6,83% pada 12 Maret.
Penurunan yield berarti ada kenaikan harga. Seperti halnya barang lain, kenaikan harga disebabkan oleh tingginya permintaan. Ini yang tengah terjadi di pasar SBN.
Kenaikan suku bunga acuan AS dini hari tadi waktu Indonesia sepertinya tidak (atau belum) terlalu berpengaruh. Nilai tukar rupiah dan SBN justru menguat.
Hal ini tidak lepas dari kenaikan suku bunga acuan yang masih sesuai ekspektasi pasar. The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 1,5-1,75%. Tahun ini, diperkirakan ada setidaknya dua kali kenaikan lagi.
Semua masih sejalan dengan perkiraan pelaku pasar. Tidak adanya kejutan dari The Fed membuat pasar bullish, karena investor bisa lebih tenang dalam menjalankan aktivitasnya. Ini termasuk berani bermain dengan aset-aset yang berisiko atau risk on.
Lelang SBN pekan depan sepertinya menjadi saat yang tepat. Secara umum, ketidakpastian di pasar sudah mereda karena kenaikan suku bunga acuan di AS sudah terjadi.
Perang Dagang
Namun bukan berarti pemerintah (selaku penerbit SBN) boleh terlena. Masih ada risiko besar yang mengintai di pasar yaitu rencana AS untuk menerapkan bea masuk terhadap produk-produk China atas nama perlindungan kekayaan intelektual. Kabarnya kebijakan ini akan dirilis hari ini waktu setempat.
Bila benar diterapkan, maka bukan tidak mungkin China akan membalas dengan perlakuan serupa. Produk-produk AS akan dipersulit masuk ke Negeri Tirai Bambu, terutama produk pertanian.
Saling balas ini akan menciptakan proteksionisme yang bisa melukai perdagangan dan perekonomian dunia. Ini merupakan risiko besar yang menghantui pasar.
Jerome Powell, Gubernur The Fed, sampai menggarisbawahi risiko ini. Awalnya risiko perang dagang dinilai tidak signifikan, tetapi ternyata membesar.
"Ini adalah risiko baru yang dulu mungkin rendah saja. Namun sekarang menjadi penting terhadap proyeksi kami ke depan," sebut Powell seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Mengutip keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, berikut obligasi yang akan dilelang pada 27 Maret mendatang:
- SPN03180628 (tenor 3 bulan).
- SPN12190314 (tenor 1 tahun).
- FR0064 (tenor 10 tahun).
- FR0065 (tenor 15 tahun).
- FR0075 (tenor 20 tahun).
Minat investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia sedang lumayan bagus. Terlihat dari lelang pada 13 Maret lalu, di mana penawaran yang masuk mencapai Rp 46,47 triliun. Lebih tinggi dibanding lelang-lelang sebelumnya, meski belum setinggi pada awal tahun.
![]() |
![]() |
Kenaikan suku bunga acuan AS dini hari tadi waktu Indonesia sepertinya tidak (atau belum) terlalu berpengaruh. Nilai tukar rupiah dan SBN justru menguat.
Hal ini tidak lepas dari kenaikan suku bunga acuan yang masih sesuai ekspektasi pasar. The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 1,5-1,75%. Tahun ini, diperkirakan ada setidaknya dua kali kenaikan lagi.
Semua masih sejalan dengan perkiraan pelaku pasar. Tidak adanya kejutan dari The Fed membuat pasar bullish, karena investor bisa lebih tenang dalam menjalankan aktivitasnya. Ini termasuk berani bermain dengan aset-aset yang berisiko atau risk on.
Lelang SBN pekan depan sepertinya menjadi saat yang tepat. Secara umum, ketidakpastian di pasar sudah mereda karena kenaikan suku bunga acuan di AS sudah terjadi.
Perang Dagang
Namun bukan berarti pemerintah (selaku penerbit SBN) boleh terlena. Masih ada risiko besar yang mengintai di pasar yaitu rencana AS untuk menerapkan bea masuk terhadap produk-produk China atas nama perlindungan kekayaan intelektual. Kabarnya kebijakan ini akan dirilis hari ini waktu setempat.
Bila benar diterapkan, maka bukan tidak mungkin China akan membalas dengan perlakuan serupa. Produk-produk AS akan dipersulit masuk ke Negeri Tirai Bambu, terutama produk pertanian.
Saling balas ini akan menciptakan proteksionisme yang bisa melukai perdagangan dan perekonomian dunia. Ini merupakan risiko besar yang menghantui pasar.
Jerome Powell, Gubernur The Fed, sampai menggarisbawahi risiko ini. Awalnya risiko perang dagang dinilai tidak signifikan, tetapi ternyata membesar.
"Ini adalah risiko baru yang dulu mungkin rendah saja. Namun sekarang menjadi penting terhadap proyeksi kami ke depan," sebut Powell seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular