Tak Terpengaruh Kenaikan Fed Rate, Obligasi RI Jadi Buruan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2018 11:57
Aliran modal masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) ditengarai membantu penurunan yield.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara masih bergerak turun. Aliran modal masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) ditengarai membantu penurunan yield. 

Pada Kamis (22/3/208), yield SBN tenor 10 tahun berada di posisi 6,74%. Dalam beberapa hari terakhir, yield instrumen ini cenderung turun setelah sempat mengalami tekanan. 

Puncak tekanan di pasar SBN terjadi pada pertengahan Maret. Kala itu yield sempat menyentuh 6,83%, tertinggi sejak Oktober 2017. 

Reuters
Sepertinya pasar SBN tidak terpengaruh signifikan dari kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS). The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,5-1,75%. 

Sejauh ini, kebijakan The Fed masih sesuai dengan ekspektasi pasar. Akan ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga pada tahun ini, yang pertama sudah dilakukan. 

Jerome Powell, Gubernur The Fed, menyebutkan bahwa laju inflasi AS masih sesuai perkiraan yaitu 1,9% pada akhir 2018. Laju inflasi yang belum terakselerasi membuat kenaikan suku bunga secara agresif belum dibutuhkan. 

Selain itu, Powell juga menggarisbawahi risiko terhadap ekonomi AS yaitu ancaman prang dagang. Awalnya risiko ini dinilai tidak signifikan, tetapi ternyata membesar. 

"Ini adalah risiko baru yang dulu mungkin rendah saja. Namun sekarang menjadi penting terhadap proyeksi kami ke depan," sebut Powell seperti dikutip dari Reuters. 

Laju inflasi yang masih belum kencang plus ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi AS menjadi justifikasi perkiraan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan lebih dari tiga kali sepanjang 2018. Ini membuat investor kembali percaya diri dan siap 'bermain' dengan instrumen yang berisiko (risk-on). 

Minat investor terhadap SBN juga meningkat seiring penguatan nilai tukar rupiah. Saat ini, rupiah menguat 0,16% terhadap greenback. Penguatan rupiah menyebabkan imbal hasil yang diterima investor lebih besar sehingga instrumen ini menjadi menarik. 

Bahkan penurunan yield tidak terjadi di Indonesia. Yield obligasi negara AS pun bergerak turun. Namun penurunan yield obligasi di AS tidak setajam di Indonesia, sehingga spread (selisih) tetap terjaga relatif sempit. 

Reuters
Sempitnya spread ini perlu menjadi perhatian, sebab masih bisa memicu aliran dana keluar alias capital outflow. Namun biasanya capital outflow ini sangat temporer, hanya hitungan hari. Setelah itu, investor akan kembali ke pasar SBN.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/hps) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular