Dolar Sempat Sentuh Rp 13.800, Ini Kata BI

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
01 March 2018 15:03
BI memberikan penjelasan kenapa dolar AS bisa melambung tinggi dan membuat mata uang di kawasan Asia terkena dampaknya.
Foto: CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memberikan penjelasan kenapa dolar AS bisa melambung tinggi dan membuat mata uang di kawasan Asia khususnya rupiah terkena dampaknya. Bank sentral memandang puncak dari keperkasaan dolar AS adalah ketika The Fed melangsungkan rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) terakhir.

"Kalau kita evaluasi pada pasar keuangan global dan dampaknya pada pasar keuangan domestik, terutama sejak awal Februari sangat terasa dinamikanya," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi, dalam konferensi persnya di Gedung BI, Kamis (1/3/2018).

"Setelah itu pasar global bergerak sangat cepat. Sesudah FOMC itu, para pelaku pasar keuangan membaca sedikit hawkish. Arah suku bunganya naik, dan kalo diperkirakan naik dia akan lebih cepat dan banyak," imbuh Doddy.

Selain itu, pidato yang disampaikan Bos The Fed, Jerome Powell membuat market membuat penyesuaian kembali. The Fed yakin ekonomi AS tumbuh, inflasi capai target, dan penyesuain suku bunga bisa semakin besar.

"Dari Februari 2018 sampai sekarang makanya pasar global bergejolak. Memang sempat terkoreksi," kata Doddy.

Disaat yang sama, Doddy menambahkan dalam periode ini kebutuhan dolar AS oleh domestik juga besar karena banyaknya korporasi butuh pasokan.

"Banyak korporasi persiapkan diri bayar utang. Perusahaan asing, biasanya kemudian dia jelang triwulan I-2018 kumpulkan dolar AS untuk gunakan transfer ke negara, baik bunga utang, utang, atau dividen. Ini menambah tekanan," katanya.

"Ini kenapa nilai tukar kita melemah sampai lebi dari 2%," imbuh salah satu Calon Kandidat Deputi Gubernur BI pengganti Perry Warjiyo ini.
(dru) Next Article BI Optimistis Rupiah Bisa ke Rp 15.000/ US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular