
Menperin: Industri Butuh Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
01 March 2018 13:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan sektor industri membutuhkan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Menperin mengatakan hal itu terkait dengan melemahnya rupiah hingga pagi ini nyaris Rp 13.800/dolar AS.
Dia menjelaskan Kemenperin saat ini masih memantau pergerakan rupiah agar dapat mengambil keputusan secara tepat.
"Kami lihat ya. Tentunya kita butuh stabilitas," jelasnya usai membuka Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo 2018 di JCC, Kamis (1/3/2018).
Di tempat yang sama, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi juga menekankan pabrikan mobil di dalam negeri masih mengimpor sejumlah komponen, sehingga melemahnya rupiah jelas akan meningkatkan biaya produksi.
"Walaupun industri omototif kita kebanyakan sudah local component, tapi tetap mempergunakan baja, karet, plastic dan lainnya [yang diimpor]. Dan ini pengaruh. Otomatis kalau rupiah melemah pasti akan ada dampaknya," ujar Yohannes.
Sementara itu, Ketua I Gaikondo Jongkie D. Sugiarto mengatakan pabrikan mobil di dalam negeri masih mengamati situasi terkait melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Dia menuturkan keputusan menaikkan harga mobil bergantung dari kebijakan masing-masing agen pemegang merek (APM).
"Bergantung masing-masing APM, karena stoknya kan beda-beda dan berapa banyak komponen atau bahan baku yang masih di beli dengan dolar AS, kalau komponen lokal kan belinya pakai rupiah, walaupun pabrik komponen beli bahan bakunya kemungkinan pakai dolar AS."
(ray/ray) Next Article Industri Petrokimia Dapat Insentif Pajak Hingga 300%
Menperin mengatakan hal itu terkait dengan melemahnya rupiah hingga pagi ini nyaris Rp 13.800/dolar AS.
Dia menjelaskan Kemenperin saat ini masih memantau pergerakan rupiah agar dapat mengambil keputusan secara tepat.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi juga menekankan pabrikan mobil di dalam negeri masih mengimpor sejumlah komponen, sehingga melemahnya rupiah jelas akan meningkatkan biaya produksi.
"Walaupun industri omototif kita kebanyakan sudah local component, tapi tetap mempergunakan baja, karet, plastic dan lainnya [yang diimpor]. Dan ini pengaruh. Otomatis kalau rupiah melemah pasti akan ada dampaknya," ujar Yohannes.
Sementara itu, Ketua I Gaikondo Jongkie D. Sugiarto mengatakan pabrikan mobil di dalam negeri masih mengamati situasi terkait melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Dia menuturkan keputusan menaikkan harga mobil bergantung dari kebijakan masing-masing agen pemegang merek (APM).
"Bergantung masing-masing APM, karena stoknya kan beda-beda dan berapa banyak komponen atau bahan baku yang masih di beli dengan dolar AS, kalau komponen lokal kan belinya pakai rupiah, walaupun pabrik komponen beli bahan bakunya kemungkinan pakai dolar AS."
(ray/ray) Next Article Industri Petrokimia Dapat Insentif Pajak Hingga 300%
Most Popular