
Menakar Kenaikan Harga Komoditas pada 2018

Bank Dunia memprediksi harga emas akan jatuh sekitar 1% pada tahun 2018 seiring dengan ekspektasi terealisasinya kenaikan suku bunga AS hingga tiga kali pada tahun ini. Risiko lainnya yang dapat menjadi sentimen negatif bagi penurunan harga emas di antaranya penguatan ekonomi global yang masih berlanjut, peningkatan indeks saham di AS maupun regional, menguatnya dolar AS lebih kuat dari ekspektasi, dan berlanjutnya penurunan permintaan perhiasan
Terakhir, harga batu bara telah meningkat sekitar 4,74% YTD hingga penutupan tanggal 5 Februari ke leves US$ 105,5/ ton (vs US$ 100,3/ ton pada 27 Desember 2017). Sepanjang tahun 2017, harga batu bara memang sudah meningkat dalam kisaran 13,98% YTD.
Permintaan yang kuat di China, akibat tingginya suhu pada musim panas di China tahun lalu, disusul oleh sejumlah hambatan pada pasokan batu bara telah menggenjot impor batu bara China tahun 2017 sebesar 22,74 juta ton, pencapaian tertinggi sejak tahun 2014
![]() |
Hambatan pada pasokan batu bara di semester pertama tahun 2017 didorong oleh ketatnya aturan terkait keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan hidup di China, rendahnya pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga hidro, dan disrupsi yang terjadi pada pengiriman batu bara dari Australia akibat Cyclone Debbie, dan berkurangnya produksi batu bara di Indonesia akibat curah hujan yang tinggi.
Mengutip komentar analis dari FocusEconomics, permintaan batu bara di 2018 diekspektasi akan mendapat energi positif dari meningkatnya kebutuhan listrik di negara berkembang. Namun demikian, banyak negara juga sudah beralih dari batu bara ke sumber energi yang lebih hijau.
Dari sisi pasokan, regulasi perlindungan lingkungan hidup di China diperkirakan akan menjadi kunci penting pada tahun ini, mengingat China adalah konsumen sekaligus produsen utama dari komoditas batu bara di dunia.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun dari FocusEconomics, harga thermal coal rata-rata di 2018 akan berada di kisaran US$ 79,60/ton.