
Harga CPO Meroket, Batu Bara Masih Hancur Lebur!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak atau crude palm oil (CPO) terus meningkat sejak Mei 2020. Sampai dengan 18 Agustus 2020, harga CPO meningkat 17,7% (year to date/ytd). Sementara harga batu bara sampai dengan 18 Agutus 2020 menunjukkan kontraksi atau -17,3% (ytd).
Sejak Mei 2020, harga CPO melanjutkan tren kenaikan, sejalan dengan peningkatan permintaan dan berlanjutnya kepatuhan (compliance rate) OPEC+ yang tinggi terhadap pemotingan produksi.
Harga emas juga melanjutkan tren kenaikan seiring tingginya permintaan dipicu dampak pelonggaran moneter di berbagai negara. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan harga komoditas 2020 diperkirakan akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Bahkan pada 2021, BI meyakini komoditas ekspor Indonesia akan tumbuh positif.
"Sejalan prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih tinggi dari prakiraan awal. Pada 2021, harga komoditas ekspor Indonesia diprakirakan tumbuh positif didorong perbaikan permintaan global," jelas BI dalam Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2020, dikutip CNBC Indonesia, Senin (31/8/2020).
Bank Indonesia merangkum berbagai harga komoditas, dengan periode Januari 2020 hingga 18 Agustus 2020. Dari 8 komoditas, hanya harga CPO dan kopi yang justru tumbuh positif.
Dalam laporan BI tersebut diketahui, harga tembaga terkontraksi atau -5%, lebih rendah dari periode yang sama tahun 2019 yang terkontraksi hingga -7,8%.
Sementara harga batu bara, terkontraksi cukup dalam hingga menyentuh -17,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, yang hanya terkontraksi -8,6%.
Adapun harga CPO tumbuh 17,7% sejak Januari 2020 hingga 18 Agustus 2020. Lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, yang terkontraksi atau -2,3%.
Harga karet mengalami kontraksi hingga -11,4%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, yang menunjukkan tumbuh positif hingga 12,4%.
Pada nikel, harganya terkontraksi hingga -7,9%, lebih renda dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh positif 7%. Sementara harga timah, terkontraksi hingga 10,9%, lebih rendah dari periode yang sama tahun 2019, yang terkontraksi hingga -7,5%.
Alumunium terkontrkasi hingga -8,7%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang terkontraksi hingga -14,1%. Sama dengan harga CPO, harga kopi justru mencatatkan pertumbuhan positif hingga 2,3%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2019, yang mengalami kontraksi hingga -11,8%.
BI optimistis pertumbuhan ekonomi global pada semester II-2020 berpotensi meningkatkan volume perdagangan. Hal itu tercermin dari aktivitas ekonomi di negara utama yang membaik, seperti Amerika Serikat (AS) dan China yang telah meningkatkan permintaan barang ekspor dan impor.
"Sehingga membuat kontraksi volume perdagangan dunia menurun. Pemulihan aktivitas sektoral terutama di Tiongkok mendorong permintaan barang manufaktur, seperti logam, kimia, dan peralatan transportasi," jelas BI.
Menurut BI, potensi membaiknya prospek perekonomian global, termasuk perdagangan dunia, berdampak pada kenaikan harga komoditas yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
BI melihat tren kenaikan harga komoditas dunia berlanjut sejalan kenaikan permintaan komoditas yang lebih tinggi di beberapa negara.
Kenaikan harga logam, seperti tembaga dan nikel, didorong terutama oleh permintaan dari Tiongkok untuk kebutuhan proyek infrastruktur. Tren kenaikan harga CPO juga berlanjut didorong oleh tingginya permintaan dari Tiongkok serta terbatasnya suplai dari Malaysia.
"Dengan kondisi tersebut, harga komoditas ekspor Indonesia pada 2020 diprakirakan lebih baik dari prakiraan sebelumnya, sejalan prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih tinggi dari prakiraan awal," jelas BI.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara, CPO & Minyak, Mana Paling Cuan Bulan Lalu?