Internasional

Rencana China Bisa Rugikan Pasar Obligasi Indonesia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 January 2018 13:33
Rencana China kurangi pembelian obligasi AS bisa berdampak buruk pada pasar bond Indonesia
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini pelaku pasar mencermati perkembangan dari China. Pemerintah Negeri Tirai Bambu tengah mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan sementara pembelian obligasi negara Amerika Serikat (AS).

Sampai saat ini, China merupakan investor asing terbesar di pasar obligasi negara AS. Per Oktober 2017, kepemilikan China di obligasi negara AS mencapai US$ 1,19 triliun (Rp 16 kuadriliun).

Oleh karena itu, langkah China ini, meski baru sebatas wacana, langsung menekan pasar obligasi negara AS. Harga instrumen ini jatuh, dan imbal hasil (yield) melonjak ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.
Sumber: Thomson Reuters EikonFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Hidayat Setiaji
Sumber: Thomson Reuters Eikon
Di sisi lain, yield obligasi negara Indonesia tenor yang sama justru cenderung turun. Bahkan kini sudah nyaris di bawah 5%.
Sumber: Thomson Reuters EikonFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Hidayat Setiaji
Sumber: Thomson Reuters Eikon
Penurunan yield obligasi pemerintah Indonesia disebabkan oleh semakin positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian domestik. Terakhir, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB.

Dengan perkembangan saat ini, selisih (spread) antara yield obligasi pemerintah AS dan Indonesia ada di kisaran 3 poin persentase. Jarak ini agak melebar, karena sebelumnya yield kedua instrumen turun bersamaan dan sekarang AS naik sementara Indonesia turun.

Dampak jangka pendek dari fenomena ini adalah kemungkinan pengalihan dana investor dari Indonesia untuk masuk ke AS. Ini karena AS menawarkan imbal hasil yang lebih menarik.


Ditambah lagi arah kebijakan moneter AS tahun ini masih bias ke pengetatan. The Federal Reserves, bank sentral AS, diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Saat suku bunga AS naik, investor asing cenderung keluar dari pasar obligasi negara Indonesia meski sifatnya temporer. Saat kenaikan Fed Fund Rate 14 Maret 2017, posisi kepemilikan investor asing di SBN tercatat Rp 763,92 triliun tetapi turun menjadi Rp 763,86 triliun pada 15 Maret dan turun lagi menjadi Rp 763,84 triliun pada 16 Maret.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rencana China menurunkan pembelian obligasi AS dalam jangka pendek akan membawa dampak negatif bagi pasar obligasi Indonesia. Namun biasanya reaksi investor cenderung bersifat temporer, karena dalam jangka panjang menanamkan modal di obligasi negara Indonesia masih menguntungkan.

Tim Riset CNBC Indonesia


(prm) Next Article China Pegang Rp 16 Kuadriliun Obligasi Negara AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular