Internasional

China Setop Beli Obligasi AS, Rally Komoditas Terhenti

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 January 2018 14:55
Pengurangan bahkan penghentian pembelian obligasi negara AS oleh China memengaruhi rally harga komoditas global
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dikabarkan tengah mengevaluasi portofolio obligasi negara Amerika Serikat (AS) yang mereka miliki. Mereka mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan sementara pembelian obligasi pemerintah Negeri Paman Sam.

Langkah ini berdampak cukup besar bagi pasar. Tidak hanya di pasar valuta asing (valas), saham, atau obligasi, tetapi sampai ke komoditas.

Dengan perkembangan terkini dari China, harga obligasi negara AS jatuh sementara imbal hasil (yield) meningkat. Saat ini yield obligasi negara AS tenor acuan 10 tahun berada dikisaran 2,55%, tertinggi dalam 10 bulan terakhir.

Obligasi negara AS merupakan salah satu instrumen acuan di pasar dunia, sehingga pergerakannya sangat berpengaruh. Biasanya yield obligasi negara AS bergerak tidak searah dengan harga komoditas. Saat yield obigasi turun harga komoditas bergerak naik dan begitu pula sebaliknya.


Hari ini, pola tersebut kembali terlihat. Kala yield obligasi AS naik, harga minyak dunia berada di zona merah. Rally harga minyak pun terhenti setelah menguat berhari-hari akibat krisis sosial-politik di Iran.

Mengutip Reuters, harga minyak brent saat ini tercatat US$ 69,10/barel atau turun 0,14%. Sementara light sweet juga turun 0,13% ke US$ 63,53/barel.

Namun penurunan ini masih tertahan oleh sentimen lain yaitu pasokan minyak AS yang lebih sedikit dari perkiraan. Pada pekan pertama Januari, stok minyak AS tercatat turun 4,9 juta barel atau lebih banyak dari perkiraan analis di kisaran 3,9 juta barel.

Selain itu, produksi minyak Negeri Paman Sam juga diperkirakan turun 290.000 barel/ hari menjadi 9,5 juta barel/ hari pada tahun ini. Hal ini membantu harga minyak tidak turun terlalu dalam akibat kenaikan yield obligasi.

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Sumber: Thomson Reuters EikonFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Hidayat Setiaji
Sumber: Thomson Reuters Eikon


Tim Riset CNBC Indonesia


(prm) Next Article China Pegang Rp 16 Kuadriliun Obligasi Negara AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular