
Dear Zara-Mango, Pekerja Garmen Myanmar Teriak Minta Tolong

Jakarta, CNBC Indonesia - Kudeta yang dilakukan junta militer pada 1 Februari lalu mendapatkan penolakan dari massa pro demokrasi Myanmar. Protes keras dari beberapa elemen masyarakat yang dilakukan, mulai dari demonstrasi damai hingga gerakan pembangkangan sipil.
Bagi para pekerja garmen, mereka memilih jalur untuk mogok kerja dan mengikuti demo nasional untuk menentang kekuasaan junta. Hal ini membuat para pasukan junta naik pitam dan mulai menembaki beberapa pekerja.
Kejadian ini membuat pihak pekerja garmen berteriak untuk meminta bantuan dunia agar ikut bersama-sama menentang junta Myanmar pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing itu. Mereka menyebut bahwa beberapa brand pakaian internasional yang dijahit dengan tangan pekerja Myanmar harus menekan semua pihak yang mendukung aksi militer itu.
"Kami menjahit untuk Mango, Zara, dan Primark. Kami menjahit untuk mereka," tulis serikat pekerja garmen Myanmar dalam sebuah pernyataan sebagaimana viral di media sosial, Rabu (14/4/2021).
"Militer menembaki kami dengan peluru langsung. Hal ini menjadi konsen utama kami yang ketakutan berangkat kerja."
"Kami meminta para brand internasional untuk menekan supplier untuk berada di pihak buruh. Banyak buruh yang mengungsi ke area terpencil tanpa bayaran. Mereka sekarang ketakutan akan lapar."
Gerakan pembangkangan sipil di Myanmar telah memicu kemarahan besar pihak militer. Selain pekerja garmen, hal ini juga dilakukan beberapa tim medis dan buruh pelabuhan.
Junta pun dengan tangan besinya menindak aksi itu, beberapa bahkan ditembak.
Tak hanya pekerja lapangan, pekerja kantoran seperti pegawai perbankan juga mengikuti aksi mogok ini. Staf dari bank swasta negara tersebut untuk berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil sebagai protes atas kudeta militer 1 Februari. Hal ini membuat operasional jasa perbankan di negara itu lumpuh total dan antrean mengular di setiap ATM di seluruh negeri.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, dengan lebih dari 700 orang tewas di tangan militer dalam tindakan keras terhadap protes anti-kudeta.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditembak Lagi di Kepala, 2 Pendemo Myanmar Tewas di Tempat
