Internasional

Ditembak Lagi di Kepala, 2 Pendemo Myanmar Tewas di Tempat

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
08 March 2021 16:22
Riot police officers move in to disperse protesters during a demonstration in Yangon, Sunday, March 7, 2021. The escalation of violence in Myanmar as authorities crack down on protests against the Feb. 1 coup is raising pressure for more sanctions against the junta, even as countries struggle over how to best sway military leaders inured to global condemnation. (AP Photo)
Foto: warga Myanmar kembali turun ke jalan untuk mengadakan demostrasi besar-besaran menentang aksi kudeta militer Myanmar, Minggu (7/3). (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekerasan terus terjadi di Myanmar, Senin (8/3/2021). Dua pengunjuk rasa anti-kudeta ditemukan tewas akibat luka tembak di kepala.

Dilansir Reuters, hal ini terungkap lewat sebuah foto yang berkembang di Facebook. Foto itu menunjukkan mayat dua pria tergeletak di jalan di kota utara Myitkyina.

Saksi mata mengatakan mereka ikut serta dalam protes ketika polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata. Beberapa orang kemudian terkena tembakan dari gedung-gedung di dekatnya.

Seorang saksi mengatakan dia membantu memindahkan mayat. Ia menyebut bahwa dua orang itu ditembak di kepala dan langsung meninggal di tempat.

"Betapa tidak manusiawi membunuh warga sipil yang tidak bersenjata," kata saksi, seorang pria berusia 20 tahun.

"Kita harus memiliki hak untuk memprotes secara damai."

Tidak jelas siapa yang menembaki para pengunjuk rasa meskipun polisi dan militer berada di tempat protes. Sebelumnya, melansir data PBB, sudah lebih dari 50 orang meninggal karena kekerasan aparat di demo Myanmar.

Sebelumnya, serikat pekerja di Myanmar menyerukan pemogokan massal mulai Senin ini. Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk mendukung gerakan anti-kudeta dan menekan junta militer.

Aliansi sembilan serikat pekerja di Myanmar mengeluarkan pernyataan yang menyerukan "penutupan penuh ekonomi (economic shut down). Mereka termasuk pekerja dari sektor kontruksi, pertanian dan manufaktur.

"Melanjutkan kegiatan ekonomi dan bisnis seperti biasa ... hanya akan menguntungkan militer karena mereka menekan energi rakyat Myanmar," kata mereka dalam pernyataan bersama ditulis Reuters.

"Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan untuk mempertahankan demokrasi kita."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makan Tikus & Ular, Kala Lockdown Buat Lapar Warga Myanmar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular