Internasional

China 'Turun Gunung' Urus Junta Myanmar, Peringatkan AS

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 March 2021 08:00
Myanmar
Foto: Mahasiswa kedokteran dengan me Aung San Suu Kyi berdemo menolak anti kudeta militer di Yangon, Myanmar, Minggu, 28 Februari 2021 (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - China, negeri Xi Jinping, akan 'turun gunung' masalah Myanmar. Beijing mengumumkan bersedia terlibat dengan semua pihak untuk meredakan krisis di negeri tetangganya tersebut dan bersikap netral.

Hal ini ditegaskan diplomat tinggi, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Ia menegaskan situasi Myanmar saat ini sama sekali bukan yang ingin dilihat China.

Langkah baru China tersebut menepis semua rumor di media sosial bahwa negeri itu terlibat dalam kudeta penggulingan Aung San Suu Kyi, 1 Februari. Militer berdalih pemilu yang dimenangkan partai Suu Ki, Liga Nasional untuk Demokrasi penuh kecurangan.

"China ... bersedia untuk menghubungi dan berkomunikasi dengan semua pihak atas dasar menghormati kedaulatan Myanmar dan keinginan rakyat, sehingga dapat memainkan peran konstruktif dalam meredakan ketegangan," kata Wang dalam konferensi pers tahunan di sela-sela pertemuan parlemen China, Minggu (7/3/2021).

China selama ini bersikap hati-hati melihat masalah Myanmar dengan menekankan pentingnya stabilitas. China, menyetujui pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan pembebasan Suu Kyi dan tahanan lain serta menyuarakan keprihatinan atas keadaan darurat yang terjadi.

"China memiliki persahabatan jangka panjang dengan semua pihak dan faksi di Myanmar, termasuk NLD. Dan, persahabatan dengan China selalu menjadi konsensus semua sektor di Myanmar," ujar Wang lagi.

"Tidak peduli bagaimana situasi di Myanmar berubah, tekad China untuk mempromosikan hubungan China-Myanmar tidak akan goyah, dan arah China untuk mempromosikan kerja sama persahabatan China-Myanmar tidak akan berubah."

Sementara itu, pada hari Sabtu, seorang pelobi Israel-Kanada yang disewa oleh junta Myanmar mengatakan kepada Reuters bahwa para jenderal ingin meninggalkan politik setelah kudeta dan berusaha meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Mereka bahkan berjanji menjauhkan diri dari China.

Halaman 2>>>

Sementara itu, di kesempatan yang sama Wang Yi meminta AS tak ikut campu dalam urusan China. Ini menjadi peringatan paling keras yang diutarakan Beijing ke Washington pasca pemerintahan berganti dari Donald Trump ke Joe Biden.

AS disebut, dengan sengaja mencampuri urusan dalam negeri negara lain atas nama demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Menurutnya, kebijakan semacam itu karena menciptakan banyak masalah di dunia dan, dalam beberapa kasus, turbulensi dan konflik.

"Penting bagi Amerika Serikat untuk menyadari hal ini secepat mungkin," kata Wang dalam konferensi pers dikutip dari Strait Times.

"Jika tidak, dunia akan tetap jauh dari ketenangan."

Pada saat yang sama, Wang menegaskan kembali kesediaan China untuk bekerja dengan AS untuk mengatasi kekhawatiran bersama tentang ekonomi global dan iklim. Sementara para diplomat China telah menyatakan optimisme bahwa hubungan akan membaik di bawah Biden.

Selain konflik atas masalah HAM di Hong Kong dan Xinjiang, AS dan China berperang perdagangan (trade war) sejak 2018. AS menerapkan tarif pada sekitar US$ 335 miliar pada barang-barang China setiap tahun.

Januari 2020, kedua negara sempat menandatangani perjanjian damai fase pertama. Namun China melewatkan target perjanjian karena pandemi memburuk. Ini membuat perwakilan perdagangan AS mengatakan Negeri Panda harus memenuhi janjinya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular