
Makan Tikus & Ular, Kala Lockdown Buat Lapar Warga Myanmar

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah corona (Covid-19) membuat susah warga Myanmar. Kelaparan bahkan terjadi di kawasan miskin negara itu.
Ma Suu (36) misalnya. Setelah lockdown saat gelombang pertama wabah membuatnya menutup kios dan menggadaikan perhiasan serta emas untuk makan, kini lockdown akibat gelombang kedua memaksanya menjual pakaian, piring hingga panci.
Karena tak ada yang tersisa, ia terpaksa berburu makanan di saluran air terbuka di wilayah kumuh tempat ia tingggal. Sang suami yang pekerja konstruksi kini tak bekerja.
"Orang-orang memakan tikus dan ular," katanya sambil menangis dikutip dari Asiaone, Selasa (27/10/2020).
"Tanpa penghasilan, mereka perlu makan seperti itu untuk memberi makan anak-anak mereka."
Ma Suu tinggal di Hlaing Thar Yar, salah satu lingkungan termiskin Yangon. Selain Ma Suu, penduduk lain juga melakukan aktivitas yang sama, menyinari semak-semak dengan senter di malam hari, guna mencari hewan untuk menahan rasa lapar.
Saat ini Myanmar memiliki 40.000 kasus corona dengan 1.000 kematian. Myanmar menjadi salah satu negara terparah di Asia Tenggara yang diserang wabah yang pertama kali menyebar di Wuhan, China itu.
Penguncian di Yangon telah membuat ratusan ribu orang, seperti Ma Suu, kehilangan pekerjaan. Hanya sedikit yang memiliki dukungan memadai menghadapi lockdown.
Sementara itu, menurut administrator lokal Nay Min Tun, 40% rumah tangga telah menerima bantuan. Myat Min Thu, anggota parlemen partai yang berkuasa untuk daerah tersebut, mengatakan bantuan pemerintah dan sumbangan pribadi sedang didistribusikan meski mengakui hal itu tak akan cukup.
Pemerintah Myanmar telah menawarkan kepada rumah tangga miskin paket makanan satu kali dan tiga hibah uang tunai masing-masing US$ 15 sebagai bagian dari rencana bantuannya. Tetapi banyak keluarga mengatakan itu gagal.
Sebuah survei oleh ONow Myanmar terhadap lebih dari 2.000 orang di seluruh negeri pada bulan April menemukan 70% telah berhenti bekerja. Sementara seperempat telah mengambil pinjaman untuk makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Krisis ini juga membayangi pemilihan umum, 8 November nanti di mana peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi diperkirakan masih akan menang. Sebelum pandemi, sepertiga dari 53 juta warga Myanmar disebut sangat rentan untuk jatuh miskin.
Bank Dunia memang sudah memprediksi akan ini. Kemiskinan di Asia Timur dan Pasifik yang sedang berkembang akan meningkat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun karena Covid-19.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sadis! Inilah Bukti Kekejaman Junta ke Petugas Palang Merah