Internasional

Junta Militer Myanmar 'Ngelunjak' Gegara Rusia & China?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
12 April 2021 16:30
Russian President Vladimir Putin and Chinese President Xi Jinping attend the Tsinghua University’s ceremony at Friendship Palace in Beijing, China April 26, 2019. Kenzaburo Fukuhara/Pool via REUTERS
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin berjalan bersama Presiden China Xi Jinping (Kenzaburo Fukuhara/Pool via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Diplomat Uni Eropa (UE) menyebut China dan Rusia atas krisis yang berlarut di Myanmar. Upaya kedua negara, yang menentang penerapan sanksi Dewan Keamanan (DK) PPB, dikatakan telah merusak upaya untuk menahan tindakan represif militer ke rakyat sipil.

"Tidak mengherankan jika Rusia dan China memblokir upaya DK PBB, misalnya untuk memberlakukan embargo senjata," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell, yang berbicara atas nama 27 negara anggota UE, dikutip dari Reuters, Senin (12/4/2021).

"Persaingan geopolitik di Myanmar akan membuat sangat sulit untuk menemukan kesamaan."

China dan Rusia sama-sama memiliki hubungan dengan angkatan bersenjata Myanmar. Keduanya adalah pemasok senjata terbesar dan kedua terbesar ke negara itu.

China dan Rusia sepakat bahwa sanksi yang diterapkan negara Barat bukan merupakan jalan keluaryang baik bagi negara yang baru menikmati pemerintahan sipil pada 2015 itu. Bahkan Rusia sempat berujar itu akan menimbulkan perang saudara.

Junta mengkudeta pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari. Melansir data lembaga bantuan tahanan politik AAPP, rezim telah menewaskan 700 pengunjuk rasa tidak bersenjata, termasuk 46 anak-anak.

Itu termasuk 82 orang tewas di kota Bago, dekat Yangon, pada hari Jumat (9/4/2021), yang oleh AAPP disebut sebagai "ladang pembantaian". UE sendiri sedang menyiapkan sanksi baru bagi individu, serta perusahaan milik militer Myanmar.

Blok pada Maret menyetujui serangkaian sanksi pertama terhadap 11 orang yang terkait dengan kudeta, termasuk panglima militer. UE berjanji akan menarik sanksi dan memberi banyak insentif ekonomi jika kekerasan dihentikan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Drama Myanmar Lanjut, Junta Bacakan Vonis Suu Kyi Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular